Ilustrasi
TERNATE, CN : Ketua Federasi Olahraga Karate – Do Indonesia (Forki) Maluku Utara, Amin Drakel membantah tudingan yang disampaikan 4 anggota perguruan Forki Malut. Pasalnya, tudingan yang menyebut dirinya gagal menjalankan roda organisasi Forki Malut dan tidak memberikan prestasi merupakan hal yang tidak memiliki dasar dan sangat ambisius dan lucu.
Menurut Amin Drakel, langka yang diambil merupakan dampak dari kecemburuan secara internal. Karena yang mendapatkan mandat dari pengurus besar (PB) Inkai dan Inkado pasti tauh apa yang dilakukan Forki Malut menjelang Pra PON XX Papua.
“Yang ketua dari Inkado itu Bupati Halbar, Dani Missy. Kalau Inkai sesuai keputusan PB adalah Yulius Guslou, bukan Djufri Sutrisno. Sementara Wadokai sampai sekarang belum melapor sejak dibentuk. Jadi yang lain hanya mengklaim sebagai ketua tapi itu ilegal,” ujar dr. Amin yang juga Anggota DPRD Prov. Malut, kepada cerminnusantara.co.
Amin Drakel mengatakan, yang mereka lakukan tidak sesuai mekanisme dan AD/ART Forki karena berbagai ifen yang diikuti tidak ada kordinasi dan tidak ada laporan kepada Forki sebagai organisasi induk untuk semua perguruan. “Organisasi punya aturan, karena kita induk, tentu harus lapor kepada Forki. kalau ada prestasi yang diraih,” katanya. Dia pun menuturkan kalau selama ini sudah ada riuk-riuk kecil namun tidak mendapat tanggapan karena ada pengurus resmi sesuai SK perguruan.
Sebelumnya, ada 4 perguruan karate yakni, Inkado Malut, Wadokai Malut, Inkai Malut, dan Amura Malut melalui konferensi pers pada tanggal (08/09) yang meminta ketua Forki Malut, Amin Drakel agar segera mundur dari jabatanya karena dinilai gagal menjalankan organisasi.
Terpisah salah satu pelatih Forki Malut, Deddy Rumeu, tidak mau menanggapi polemik yang terjadi, dia pun mengungkapkan tetap fokus melakukan persiapan atlet menuju pra PON XX Papua yang dihelat pada bulan November nanti di Jakarta.
“Sekalipun demikian, kami tidak memilih atlet berdasalkan asal dari perguruan mana-mana. Karena kami memilih atlet melalui event-event yang dilaksanakan di Maluku Utara. Untuk sebagian atlet yang dimelihat berpotensi kami mengambil untuk mengikuti seleksi tahap pertama persiapan tim Pra PON Maluku Utara. Dan dalam proses latihan kami melihat ada beberapa yang berkembang dan berpotensi. Jadi kami tetap fokus latihan dan TC,” ujar Deddy sebagai pelatih Forki ketika ditemui cerminnusantara di pusat latihan SKB Kota Ternate, Jln. Batu Angus Kel. Dufa-Dufa, Kec. Ternate Utara, Selasa (10/09/2019).
Namun ada hal-hal yang sangat disesali akibat dari polemik yang terjadi. Menurutnya, jangan karena persoalan internal dapat mempengaruhi rekrutmen atlet yang tidak profesional. Sebagai senior dalam perguruan tidak seharusnya bertahan pada egoisme personal maupun perguruan karena itu dapat merugikan para atlet.
“Memasuki tahap pertama dalam perjalanan saya melati, ada masukan-masukan dari beberapa perguruan termasuk rekomendasi. Tapi dalam perjalanan, kurang lebih menjelang 2 minggu persiapan fisik ada yang ditarik kembali dari perguruan tersebut,” tuturnya.
“Jadi saya pribadi sangat menyesal anak-anak yang berpotensi tapi begitu masuk, keluar lagi. Bahkan para atlet ada yang diteror agar segera keluar dan ditarik oleh perguruan dari Kabupaten/Kota. Untuk itu kami berharap agar menuju kualifikasi para atlet yang berpotensi harus menjadi fokus perguruan,” tutup Sense Deddy. (IM)
Komentar