HALUT, CN – Kolano Loloda atau Raja Loloda, Suaib Syamsudin Sjah resmi mengukuhkan perangkatnya di Kecamatan Loloda Kepulauan. Pengukuhan Hukum Doy dan Perangkat Adat di Tingkat soa se-wilayah Kecamatan Loloda Kepulauan di Halmahera Utara oleh Raja Loloda dilaksankakan di Desa Dama Kecamatan Loloda Kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Sabtu (18/01/2020). Acara ini di hadiri Camat Lokep, Kades selokep, ketua BPD dan Anggota, para Imam Selokep, pimpinan Jamaat, KUA Lokep,dan pemangku adat Lokep.
Orasi Ilmiah sejarah kerajaan Loloda yang disampaikan oleh Tuli Lamo Sekretaris Besar Kerajaan Loloda. Sementara, Penyampaian Momalo Denanga Rasai oleh Jou Kolano Moloku Loloda.
Raja Loloda, Suaib Syamsudin Sjah dalam Sambutannya mengatakan bahwa kita sangat bersyukur karena acara pengukuhan hari ini berjalan baik dan lancar untuk pamangku-pemangku adat yang baru saja dikukuhkan agar menjalankan tugas sesuai dengan aturan kerajaan dan dalam sistem kerajaan ini. “Kalau kasus pembunuhan, pencurian, dan pemerkosaan itu bukan wewenangya kerajaan tapi ranah hukum dalam hal ini kepolisian. Tapi kalau contoh kawin lari dan ataupun masalah-masalah yang menimpah Kehidupan masyarakat mengenai sumber daya alam loloda baik lautan dan daratan yang ingin di hancurkan oleh orang luar lalu kehadiran mereka hanya untuk menyusahkan sudah barang tentu kami sedikit pun tak membiarkan karena alam yang ada di loloda adalah harga diri loloda maka kita punya wewenang untuk menyelesaikan sebab kita punya aturan”. Tegas Raja Loloda, Suaib Syamsudin Syah
Dikatakan, untuk adat istiadat loloda agar tetap di jaga dan di lestarikan jangan sampai adat ini punah karena adat atau tradisi adalah bagian dari menjaga kebersamaan dan persatuan maka pentingnya untuk di rawat maka raja berharap agar persatuan dan kesatuan masyarakat loloda sangat penting untuk di jaga. Sebab, tanpa persatuan jangan berharap kita mampu membangun loloda kedepan lebih baik lagi. Dirinya juga menegaskan kepada Camat maupun kepala desa yang ada di desanya masing -masing agar menjaga hubungan baik dan kepercayaan antara pemimpin dan rakyatnya.
“Loloda harus berdiri sendiri tentunya hal itu menjadi mimpi besar yang apapun konsukuensinya kita harus perjuangkan karena di lihat dari sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) keduanya suda sangat cukup sebab beberapa orang doktor maupun profesor yang saat ini sedang di luar selain itu untuk sumber saya alam loloda tentunya sangat besar seperti saya sampaikan tadi darat dan laut semua serba emas, tembaga, materal, dan minyak. Jadi intinya loloda harus mekar sendiri untuk menjadi kabupaten. Semua serba ada atas karunia dan anugrah yang di berikan oleh Allah SWT kepada kita, jadi harus di jaga. Kalaupun ada yang kemudian dari luar masuk dan ingin menguasai dalam hal ini membangun perusahan dan lain sebagainya, itupun ada kesepakatan antara raja dan pengelolo tapi sebelum saya memutuskan saya akan bermusyawarah dengan pemangku-pemangku adatku terlebih dahulu untuk melahirkan suatu keputusan kalaupun dalam musyawarah tersebut mudaratnya atau keburukan lebih banyak ketimbang maanfaatnya maka hal itu di tolak,” Tambah Raja Loloda
Terpisah Tuli Lamo atau Sekretaris Besar Kerajaan Loloda menyatakan bahwa kerajaan Loloda sebagai kerajaan Agraris, relatif sama dengan kerajaan-kerajaan di Jawa dan di Kalimantan yang berkedudukan di daerah pedalaman yang menggunakan eksistensi sungai sebagai penghubung masyarakat dengan kekuatan eksternal sementara ciri dari kerajaan maritim tampak dari masyarakat loloda yang cendrung menjadikan laut sebagai sumber kehidupan selain hasil-hasil hutan.
“Cerita kerajaan Loloda juga di tulis oleh Wuri handoko dalam risetnya kerajaan Loloda melacak jejak arkeologi dan temuan belas kerajaan Loloda yang berada tepat di sisi sungai soasio sekaligus membuktikan bahwa situs kampung tua itu sebagai kerajaan yang sangat strategis menghubungkan wilayah pedalaman dan pesisir”. Ungkap Mustafa Mansur
Menurutnya, melalui penelitian itu di temukan data-data arkeogi yang mendukung bahwa wilayah tersebut merupakan situs permukiman data-data itu seperti sisa sisa lantai bangunan kadaton keramik cina, Thailand dan Eropa serta batu wudu yang merupakan alat kelengkapan mesjid.
“Temuan itu sekaligus menginformasi bahwa adanya relasi ekonomi anatara kerajaan dengan daerah-daerah luar di perkirakan wilayah pesisir loloda baik di barat maupun Utara Halmahera merupakan rute atau lintasan pelayaran dan niaga yang keluar masuk ke daerah kerajaan,” Tambah Mustafa
Meski begitu menurut Mustafa, sejauh ini kerajaan Loloda tidak begitu familiar seperti kerajaan lainnya yang ada di Maluku Utara. Riwayat politik sejarah di Maluku Utara di jelaskan kerajaan Loloda adalah salah satu kerajaan di Maluku yang tidak terikat dalam kesatuan moloku kue raha yang dalamnya ada Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo.
“Dalam beberapa sumber dijelaskan kala itu kerajaan Loloda memang tidak sempat hadir menghadiri pertemuan raja-raja Maluku di pulau moti tahun 1322 yang di prakarsai oleh raja atau Kolano Ternate Sida Arif Malamo. Ketidakhadiran itulah membuat kerajaan Loloda kurang mendapat perhatian dalam narasi politik sejarah Maluku Utara,” Cetusnya
Masih menurut Mustafa, cerita kerajaaan loloda mulai redup ketika di aneksasi Ternate sekiranya pada abad 16 kala bangsa Eropa mulai berdatangan di Maluku. M. Adnan amal dalam kepulauan rempah-rempah perjalanan sejarah Maluku utara 1250-1950, menulis saat Ternate di bawah kendali sultan Hamzah (1627-1648), kerajaaan loloda praktis tenggelam.
“Meski kesultanan Ternate tampil mendominasi pengaruh terhadap kerajaan Loloda, tetapi sebenarnya tidak mengakhiri atau menegelamkan eksistensi kerajaan. Tutur Mustafa Mansur, Tuli lamo sekretaris besar kerajaan Loloda, pada awal abad ke 20 yakni pada tahun 1908 barulah di lapangan likuidasi oleh pemerintah kolonial,” Terangnya
Selama bertahun-tahun Loloda nyaris tidak mendapat tempat dalam pembicaraan sejarah. Kendati begitu, sejarah besar loloda itu hingga kini masih terus bereksistensi di tengah minimnya kepedulian terhadap situs kampung tua, di sisi sungai soasio itu di bawah pohon-pohon rindang yang di selimuti dengan kesunyian dan kegelapan. Tutur Mustafa Mansur dengan nada semangat bercampur kesedihan.
“Tapi, perlu kami sampaikan bahwa kegelapan tidak selama gelap tapi kelak akan menjadi suatu pelita penerangan. hari ini kami sangat berterimah kasih warga dengan usaha serta dukungan masyarakat loloda sehingga proses Pengukuhan Jou Kolano terhadap pemangku adat di wilayah kecamatan loloda kepulauan telah di kukuhkan tinggal beberapa hari kedepan ini dengan agenda yang sama ke Loloda tengah maupun loloda selatan. Kami sangat kepada Allah SWT karena kehendaklah sehingga agenda pengukuhan ini berjalan dengan baik,” Tandasnya
Tugas yang kami emban ini bukan hal yang muda tapi ini adalah perjuangan untuk menggapai suatu perubahan loloda kedepan karena kami pikir suda cukup kita di bodohi oleh sejarah di mana orang-orang yang telah menghancurkan loloda dengan sengaja menghilangkan kerajaan loloda. “Sejarah kami jadikan sebagai pelajaran mana yang kurang kita harus benahi sebab kami beserta masyarakat loloda tak mau terulang kembali,” Pungkasnya (Red)
Komentar