Oleh: Irfandi Mustafa
Menteri Lingkungan Hidup BEM Unkhair
Perkembangan sains yang ditandai dengan kemajuan teknologi, ternyata tidak seluruhnya meniscayakan hilangnya problematika kehidupan manusia. Problematika yang semula ingin diselesaikan manusia dengan sains dan teknologi ternyata justru kian membuat problem semakin pelik. Perkembangannya tengah menyisakan berbagai macam krisis, seperti kemiskinan, ketidakadilan ekonomi, politik, informasi, termasuk menurunnya kualitas kesehatan dan kurangnya akan kesadaran lingkungan. Dalam kenyataannya, keterkaitan permasalahan ekologis yang mengancam eksistensi manusia tersebut semakin tampak. Seperti polusi dari kendaraan, pemanasan global, penambangan di Hutan Halmahera, reklamasi sehingga naiknya air laut, longsor, banjir, pencemaran tanah dan air, gizi buruk, makanan yang beracun. Krisis ini merupakan problem akut yang membutuhkan perhatian besar setiap individu. Barangkali terdapat suatu permasalahan yang kendati kita cari jalan keluarnya maupun kita abaikan begitu saja jalan keluarnya, tetap tidak memiliki perubahan atau pengaruh signifikan untuk kehidupan. Kepasifan dan keaktifan kita dalam persoalan ekologi memberikan efek signifikan untuk seluruh kehidupan atau organisme. Krisis ekologi yang tengah terjadi, jika kita abaikan akan semakin mengancam eksistensi kelestarian kehidupan atau organisme.
Maluku Utara adalah salah satu Krisis Ekologi yang harus dilihat secara serius, dengan memiliki keseriusan problematika Lingkungan di wilayah Maluku Utara, Ternate sudah mejadi ladang untuk dijadikan pulau reklamasi dengan mengambil material beberapa tempat (Galian Golongan C) untuk melakukan aktivitas reklamasi di pesisir pantai sehingga terjerat di pulau – pulau kecil di sekitarnya akan mengalami peningkatan debit air semakin naik dan penyebaran sampah sangat meluas karena aktivitas, dari sisi lain juga biota di lingkungan yang berdampak reklamasi bisa punah. Sementara di Halmahera, Industri yang bengis bekerja. Di Halmahera Tengah, PT. Weda Bay Nikel dari Perancis dan PT Tekindo Energy dari Tiongkok menggaruk nikel, mengusai tanah warga setempat, aktifitas kedua perusahan ini selain menyebabkan konflik pada internal masyarakat juga mengakibatkan permukiman penduduk harus menerima resiko banjir yang berulang – ulang kali karena pembukaan hutan sebagai penyangga. Di Halmahera Timur PT. Antam sedang bekerja menggaruk nikel dan menyebabkan teluk Buli tercemar. Selain ekosistem rusak, warga setempat pun kehilangan mata pencaharian mereka di laut. Semua tentang penghancuran ekologi dan ruang hidup masyarakat kepulauan. Di Halmahera Utara ada PT. Nusa Halmahera Mineral (NHM) salah satu perusahan tambang emas asal Australia merombak hutan besar – besaran sampai membuang limbah di Kao Teluk dan menyebabkan ekosistem laut menjadi rusak, di sisi lain juga Halmahera Selatan, khususnya pulau Obi pun ada petambangan Nikel yang di babat hasi hutan serta tercemarnya lingkungan. Dan tentunya masih banyak lagi perusahan yang beroperasi penambangan di Pulau Halmahera.
Krisis ekologi lingkungan yang ada di Jajirah Al-Mulk (Moloku Kie Raha) menjadi suatu permasalahan mendasar untuk di sikapi secara individu maupun kelompok dengan kepekaan terhadap lingkungan. Seluruh krisis kontemporer yang tengah melanda ummat manusia terasuk krisis Ekologi di Maluku Utara tidak hanya di sebabkan oleh alasan material tapi lebih karena sebab – sebab yang bersifat transendental. Sebab – sebab dan cara – cara manusia terhadap alam ini.
Komentar