Oleh
Faisal Rumpai
Penulis Adalah Pengamat Sosial
Saya teringat band Rock Amerika Serikat Green day, Billie Joe Armstrong dkk, meliris lagu American Idiot ” Amerika Bodoh” lagu ini dirilis pada tahun 2004 saat Amerika di pimpinan oleh Presiden George Bush lagi kampanyekan Invasi ke Irak, liriknya Tak ingin menjadi orang Amerika yang idiot/bodoh, satu negara di kendalikan oleh media, kita bukan sala satu negara yang patuh di teladani, di akhiri dengan kalimat for that’s enough to argus ” Karena itu cukup sudah berdebat”.
Saya terinspirasi dari lagu Amerika Idiot, tetapi saya menjelaskan Idiot pada ranah yang lebih luas, yaitu sistem politik yaitu demokrasi, tentu Demokrasi dalam konteks ide, iya adalah ide abstrak yang mengawan-awan dalam pikiran para filsuf/pecinta kebijaksanaan, tetapi demokrasi bisa menjadi Idiot setelah ide tentang demokrasi itu di praktekan secarah irasional, maka iya bisa disebut Idiot, Idiot nya Demokrasi bukan pada idenya tetapi dari prakteknya yang salah.
Secarah etimologi demokrasi merupakan serapakan kata Latin ke yunani yang kemudian terglobalisasi “demos (rakyat)-kratos (negara/pemerintah), Praktek Demokrasi langsung di Yunani sering dirujuk sebagai praktik demokrasi rasional, tetapi sebenarnya praktek Demokrasi di Yunani dalam standar Demokrasi hari ini, Demokrasi saat itu sangat Idiot, sebab disamping perempuan tidak di anggap sebagai Cityzenship “warga negara”. Dia juga tidak punya hak politik menyampaikan pendapat di agora.
Dengan demikian posisi politik kaum perempuan saat itu tidak ada, karena negara tidak mengakuinya sebagai manusia politik dalam negara kota, dengan sendirinya perempuan menjadi sasaran tindakan diskriminasi sosial, tetapi di negara modern saat ini kita tidak akan mungkin menjumpai situasi politik saat itu di sini.
Begitu juga dengan posisi warga negara dan elit yang berada di agora/dewan Rakyat hanya segelintir orang, privelesnya terletak pada privat property dalam bentuk tanah dan lain-lain, dan budak saat itu masih terdapat dalam kehidupan masyarakat negara kota, walaupun kita tau perbudakan modern hari ini belum hilang tetapi perbudakan jaman itu benar-benar tidak rasional dan sangat tidak demokratis dan itu Idiot/bodoh.
Kalau rujukan dari demokrasi itu adalah, kebebasan menyampaikan pendapat, maka praktek demokrasi menurut Yves Schmeil dalam democracy before menyebut sebelum Yunani telah ada di mesir Kuno dan Mesopatamia Kuno, dimana telah terbentuk banyak dewan kota dari pada Agora di polis Yunani.
bahkan perempuan suda menjadi bagian dari citizen dan suda disertakan dalam dewan Kota dan mereka menyadari esensi demokrasi bukan hanya citizenship (kewarganegaraan) tetapi pentingnya mobilisasi rakyat, inilah warisan yang oleh Philip Petit sebut sebagai Freedom as nondomination, ketika praktek nilai-nilai demokrasi ini tumbuh dan berpengaruh sampai ke yunani, maka menurut Homblowers para filsuf masa itu mulai mengkonsepkan demokrasi, seperti Solon, Psistrades, Kleisthenes, Prikles, Plato dan Aristoteles
sementara demokrasi di Romawi menurut Polybus dalam The universal History 40 jilid menyebut Romawi mampu menjalankan mixed sistem pemerintahan Republik yang terpadukan elemen Monarki (The Consul), Aristokrasi (Senat) dan Demokrasi/majelis Plebs (rakyat biasa), historis pembagian kekuasaan ini dikemudian hari dikonsepkan lebih matang oleh John Locke (Eksekutif, Legislatif dan Federatif) dan Montisqueui (eksekutif, legislatif, yudikatif) terkait realitas kekuasaan di Inggris antara Raja dan Aristokrat lokal, maka Tan Malaka menyebut itu sebagai tanda lahirlah konsep trias politika State modern
Dari penjelasan singkat historis di atas, terlihat sebenarnya Demokrasi ditempat lahir nya juga sudah bermasalah dalam praktek, untuk itu, kita perlu merefleksikan kembali praxis dari demokrasi, agar kita tidak meritualkan demokrasi semu, Sementara di dunia saat ini ada banyak subtipe demokrasi, seperti demokrasi konsosional, demokrasi kerakyatan, pseudo demokrasi, demokrasi liberal dan demokrasi Komunis, bahkan menurut David Collier dan Steven Levitsky tipe demokrasi di dunia sebanyak 550 jenis (Suyatno, 2008).
Demokrasi Liberal
Menurut Robert Dahl, demokrasi liberal memiliki dua konsep penting yang perlu diketahui. Kedua konsep tersebut diantaranya yaitu kontestasi/pemilihan umum dan partisipasi. Kontestasi sendiri memiliki arti sebuah perdebatan atau penyanggahan dapat terwujud dengan adanya hak untuk membentuk partai dan kebebasan pers.
Samuel P Huntington 1990 menjelaskan inti dari demokrasi liberal yaitu cara untuk menetapkan Otoritas sekaligus membatasi Otoritas tersebut. Pemilu (Voting) di anggap sebagai kegiatan politis yang paling penting dan esensial untuk di selenggarakan secara periodik dan teratur oleh negara yang menganggap dirinya demokratis (Miriam Budiarjo, 1998).
Jalur menuju demokratisasi yang rasional Martin Lipset menawarkan gagasan demokrasi hanya bisa berhasil lewat modernisasi, tolak ukur yaitu Eropa, Amerika utara dan Australia, tetapi ada juga bahwa faktor modernisasi melahirkan sebaliknya yaitu otoritarianisme itu yang di bilang oleh Gulliarmo O’Donnell seperti yang terjadi di Asia dan Afrika, paska kemerdekaan ketika pemimpin nasionalis tumbang di ganti dengan rejim otoritarianisme birokratik yang menunggangi demokrasi seperti yang pernah terjadi Filipina, Korea Selatan, dan beberapa negara di Amerika latin.
Dari banyak tipe demokrasi di dunia, sudah menunjukkan aspek irasionalitasnya, misalnya Hitler terpilih secarah demokratis melalui pemilu tetapi mempraktekan irasionalitas dalam demokrasi, praktek demokrasi otoritarian yang irasionalitas dalam demokrasi pernah terjadi di beberapa negara di dunia seperti yang di sebutkan oleh Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt dalam How Democracies Die seperti di Venezuela, Peru, Polandia, Rusia, Sri Lanka, Turki, dan Ukraina.
Hari ini demokrasi liberal di barat memasuki irasionalitas baru, demokrasi Amerika dituduh oleh Profesor Ekonomi Gerald Epestein dari Institut Penelitian Ekonomi Politik di Universitas Massachusetts, dibajak oleh para Kartel Perbankan. Belum lagi neo konservatisme kolaborasi kartel perbankan, pengusaha minyak dan industrial kompleks Militerial Amerika yang menguasai White House merekayasa imprealisme mutakhir dalam kebijakan luar negeri Amerika, menyebabkan kekacauan di timur Tengah dan beberapa negara di Afrika utara, prang proxi di Ukraina vs Rusia, yang terbaru krisis gaza dan selat bab almadeb di Yaman, semua itu menunjukan, benar juga apa yang di bilang oleh G Modelski dalam Long Cycles in World Politics 1978, bahwa komunitas internasional itu adalah komunitas anarkis dan peperangan itu bersifat sistemik yang diputuskan oleh eksekutif.
Demokrasi Komunis
marx melihat demokrasi liberal sebagai ideologi borjuis, dimana demokrasi liberal akan mengadakan kebebasan politik, dengan seruan para proletariat harus memenangkan perjuangan politik lewat revolusi sosial/festival rakyat dan menerapkan diktatur proletariat, diktatur proletariat yaitu negara telah di ambil alih oleh proletariat dan tani kemudian menghapus kepemilikan pribadi lewat UU dengan sendirinya semua kepemilikan adalah milik bersama, dengan sendirinya privelesnya kaum borjuis hilang, maka disitulah para borjuis kembali merasakan diktatur dari mayoritas rakyat ke pada minoritas rakyat/borjuis, yang sebelum revolusi para borjuis yg merupakan minoritas rakyat melakukan diktatur terhadap mayoritas rakyat dengan uu privilesenya dalam ekonomi negara yang menyengsarakan mayoritas rakyat.
Marx menjelaskan proses demokrasi Komunis yaitu Diantara masyarakat kapitalis dengan masyarakat Komunis terdapat perubahan revolusioner dari yang satu menjadi lain, sesuai dengan periode peralihan politik dimana negara menerapkan diktatur proletariat (Kristeva 2011), ketika penerapan diktatur proletariat menuju tujuan dari demokrasi Komunis tertuang dalam tulisan Marx Kritik Terhadap Program Gotha “masyarakat Komunis muncul dari masyarakat kapitalis, relasi sosial, ekonomi, moral dan intelek masih membawa bekas masyarakat lama, ini adalah tahap pertama dari masyarakat Komunis.
Menuju tahap tinggi yaitu setelah lenyap dari kemunduran yang membedakan dari manusia dari pembagian kerja, di ikuti pula lenyaplah pertentangan antara kerja badan dan kerja otak, setelah kerja tidak lagi menjadi sarana untuk hidup, tetapi menjadi kebutuhan utama, setelah bersamaan perkembangan menyeluruh setiap individu tumbuh juga tenaga produktif dan sumber kekayaan mengalir dengan melimpah ruah hasil produksi, disitulah horizon sempit borjuis di lampaui, maka masing-masing menurut kemampuan dan masing-masing kebutuhannya.
Irasional Demokrasi Komunis
Irasional dari demokrasi Komunis yang di praktek oleh Lenin di Rusia di jelaskan oleh Edward Berstein dan Karl Kautsky. Kautsky dalam karyanya Die Diktatur des Proletariats 1918 dan Marxism and Bolshevism: Democracy and Dictatorship, Kautsky melihat pemerintahan Bolshevik di Rusia. Dia melihat kaum Bolshevik (atau Komunis) sebagai organisasi konspirasi yang memperoleh kekuasaan dengan kudeta dan memprakarsai perubahan revolusioner yang mana tidak memiliki dasar rasional ekonomi di Rusia. Alih-alih, masyarakat yang didominasi birokrasi berkembang, dan kesengsaraan yang melebihi permasalahan.
Kenapa demokrasi Komunis gagal di praktekan di Rusia, karena masyarakat komunisme itu manurut Marx harus tercipta dari syarat-syarat kondisi ekonomi kapitalisme yang matang, agar tidak terjadi kelangkaan paska revolusi, karena ketika kelangkaan ekonomi otomatis memaksa birokrasi berdiri. Itulah yang max Sachmath sebut Stalin sebagai karikatur jahat birokratik.
Hemat saya, demokrasi liberal dan demokrasi Komunis adalah ideologi yang rasional tetapi ketika di praktekan banyak terdapat irasionalitas dan bisa dibilang idiot/bodoh karena bertentangan dengan prinsip kemanusiaan (liberty, fraterniti, dan egaliter), demokrasi liberal dan demokrasi Komunis bersatu dalam blok exsis pada Perang Dunia ke dua, melawan negara fasis, dan sala satu negara fasis yaitu jerman, pemerintahan nya terpilih secarah demokratis, dan perang Dunia ke dua memakan korban 55 juta jiwa manusia, ini adalah angka irasional dalam demokrasi idiot
Peta Jalan Baru Demokrasi Rasional
Saya menawarkan sistem demokrasi kerakyatan, demokrasi tanpa priveles oligarki, demokrasi tanpa diktatur proletariat, demokrasi tanpa partai politik, demokrasi tanpa pemilu, demokrasi tanpa pilkada, demokrasi tanpa penyelenggara pemilu dari pusat sampai desa, demokrasi tanpa pencoblosan One man One fotes.
dimana pergantian kepemimpinan eksekutif, legislatif dan yudikatif dari nasional sampai daerah dilakukan secarah terbuka, oleh panitia independen hanya di lingkaran kampus, semua warga negara, buruh, tani dan kaum miskin, PNS, militer setara dan bisa bersaing menjadi pemimpin rakyat lewat seleksi Computer Assisted Test (CAT), yang lulus susun skripsi dan akan ikut ujian psikologi dan wawancara dan debat di kampus bersama profesor dan di adakan secarah terbuka live streaming di berbagai plat fon media sosial, yang lulus di eksekutif bisa menjadi, presiden, gubernur, bupati dan kepala desa, yang lulus di legislatif bisa menjadi DPR pusat sampai daerah, di lembaga Yudikatif juga sama
Dengan demikian pemerintah rakyat terbentuk, semua rakyat setara dalam proses menjadi pemimpin
Demokrasi kerakyatan ini telahir dari anasir demokrasi yang lama, watak rakyat dari demokrasi lama tak langsung hilang, walaupun priveles ekonomi dan politik mereka di hilangkan, tetapi perlahan kondisi sosial demokrasi Baru akan merubah watak dan hubungan-hubungan sosial produksi, perlahan lompatan kesadaran sosial kerakyatan terjadi, disitulah masyarakat akan menulis semua orang akan bisa menjadi pemerintah dan semua pemerintah bisa menjadi rakyat, ketika pemerintah menjalankan kebijakan tidak sesuai dengan standar uu yang di tugaskan, maka bisa di reccal/diganti dengan yang baru, semua kepemimpinan di adakan lima atau sepuluh tahun sekali dan hanya sekali menjabat, dan semua keputusan bersifat demokratis yang merujuk pada uu dan realitas kehidupan masyarakat yang telah di tetapkan secara musyawarah mufakat****
Komentar