oleh

Tradisi Sebagai Penjara Kebebasan

Oleh: Uswatun Hasanah
(Sekretaris KOPRI PC PMII Tidore Kepulauan)

(Kisah Renata yang ingin kebebasan tapi terpenjara oleh tradisi keluarga)

(Episode I)

Namaku Chandra Ayu Renata biasa di panggil Rena. Ini tentang kisahku yang menyesali atas sebuah perjalanan hidup, dan tentunya yang harus terus mempertahankan martabat dan cinta.
Aku seorang anak perempuan yang terlahir normal, kata orang-orang di luar sana aku mempunyai keluarga yang sangat bahagia, yah walaupun itu adalah neraka yang menduniawi bagiku, hanya saja aku masih takut untuk mengutarakannya., tak heran jika aku tumbuh menjadi perempuan yang serba berkecukupan, hidup mewah, tapi aku harus menjadi anak gadis yang penurut pada adat keluarga, patuh pada syariat agama dan yang pasti ramah pada keputusan tertinggi keluarga. Aku bukan seorang kartini tentunya, yang melawan adat tradisi pada sejarah yang ada, aku hanya anak perempuan yang penurut.

Papaku adalah seorang meneger keuangan salah satu perusahaan swasta di kotaku, disisi lain papa dan mama membuka toko busana, butik, juga mengelola warnet (warung internet), dan juga mengurusi bisnis import beras di dalam negeri maupun luar negeri.

Kakakku bernama Ikbal Pamungkas, kakakku pemabuk berat, perokok berat, juga mempunyai kasus narkoba berulang-ulang kali, sempat juga jadi buronan polisi, dulu kakakku bercita-cita menjadi polisi tapi setelah papa ku di tangkap oleh polisi karena di duga menggelapkan uang perusahaan akhirnya kakakku benci dengan poliisi dan memulai dunia bebasnya dengan menjadi pengunjung discotik tetap dan mengenal dengan dunia-dunianya yang baru.

Kakakku menjadi orang pertama yang mengubah tradisi dikeluarga, yang jelas seberapa banyak biaya yang dikeluarkan oleh papa dan mama untuk rehabilitasinya , dia tetap menjadi anak yang di jaga dan di sayang, beda dengan ku yang harus di titipkan di pesantren karena aku adalah seorang anak perempuan. Kakakku menjadi aset keluarga yang harus tetap di didik dan terus di nasehati, karena apa? Karena kakakku adalah penerus bisnis papa dan mama kelak.

Di keluarga ku anak perempuan menjadi Mas dan berlian yang harus sekolah di pesantren untuk belajar agama, tidak boleh kenal dunia bebas yang berlebihan, dan juga harus menunggu sampai hari lamarannya tiba. Setelah pendidikan di pesantren selesai, biasanya laki-laki dari anak kelangan kiai atau ustad akan melamar, perumpamaan seperti mangga yang sudah masak sisa menghitung hari untuk di petik.

Menjadi keturunan dari kalangan ningrat ya begini, harus terus menjaga nama baik keluarga serta tradisi yang ada. menuruti semua keputusan keluarga. Mereka bilang hanya aku harapan satu-satunya keluarga untuk menerusi tradisi yang membosankan ini setelah kakakku merusak semuanya dengan kelakuannya itu.

Rena kapan yang mau di jodohkan pa? Bu?, udah mau lulus dia,”. kata pamanku saat keluarga berkumpul.
aku masih ingin kuliah om”, kataku lirih
Seisi rumah langsung memandangiku dengan beku, pastilah mereka bilang aku akan kualat karena tidak menghormati tradisi keluarga.
Bodo amat!!” Bisikku dalam hati.

Aku Pun Lulus Dari Sekolah Menengah Ke Atas…….
Selang beberapa bulan banyak dari kalangan kiai serta ustad ingin meminangku untuk putra-putra mereka, bayangkan bagaimana rasanya kalian ada di posisiku?

Hari paling buruk datang menghampiriku, hari perjodohan itu tiba, tentunya aku tak bisa menolak karena itu adalah tradisi turun temurun di keluargaku.
Namanya Andika Hermansyah, Putra dari kiai yang mempunyai pesantren besar di kotaku, papaku dengan beliau sudah terikat janji turun temurun keluarga untuk menjodohkan aku dengan putranya. Disinilah kisah pahitku di mulai. Hari ini aku bertunangan dengan orang yang sama sekali tak ku kenal.

Impianku untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi harus di kubur dalam-dalam, tak bisa ku lakukan apa-apa lagi, hanya bisa diam seribu bahasa. Malam ini aku duduk sendiri, memandangi ruang kosong hampa yang penuh pilu, suara gaduh dijalanan sana ikut menyemarakkan kesepian ini, yang jelas aku sekarang benar-benar sendiri, sesekali ku palingkan pandanganku ke arah papan tulis berisikan impianku untuk hidup bebas, tak terasa aku pun dilema dengan jatuhnya air mata ini.

Gumamku dengan tangisku, “ Jika angan sudah tidak dapat di raih, impian menjadi buram dan energi sudah tak seimbang, siapa yang mau di salahkan? Manusia hanya bisa berencana, masalah hasil Cuma bisa teruntuk pada-Nya”……
3 bulan lagi aku menikah, Lantas apa yang harus aku perbuat dengan semua ini?
Malam ini aku tak bisa menghentikan tangisku sedari tadi.

Aku menjalani masa pingitanku (masa menjelang pernikahan yang dimana mempelai wanita tidak boleh keluar rumah ) selama 3 bulan lamanya, hari ini tepat 1 bulan aku di pingit, banyak lulur-lulur bermerek mas yang keluargaku sugukan kepadaku, itu sudah tradisi turun temurun dimana badan ku harus di polesi dengan lulur selama 3 bulan, ini menandakan bahwa betapa istimewanya perempuan di keluargaku menjelang pernikahan.

Untuk pertama kalinya aku keluar rumah selama masa pingitan untuk mencoba gaun pengantin, aku ditemani kakak dan calon mertuaku, selama di perjalanan banyak yang mereka rencanakan soal bulan madu setelah pernikahan nanti, aku hanya bisa menghela nafas panjang.
2 Bulan sebelum pernikahan….
Andika bertamu ke rumahku, aku mencoba membuka hati, mencoba bersikap biasa saja dengan perasaan yang sebenanarnya.
Beberapa jam kita berdua saling memperkenalkan diri, dia pun pamit untuk pulang, aku mengantarkannya ke depan rumah. sebelum dia pergi dia mengatakan “Aku tau kamu tak menyukaiku, jika boleh jujur aku pun juga, tapi tuntutan keluarga kita yang mengharuskan ini semua, tenang saja, aku akan menjadi suami yang baik”, aku hanya membalas dengan senyuman tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Pertemuan yang tak mengesankan!
Tentunya aku terlalu muda untuk menjadi seorang istri, harus hidup berdua selama-lamanya dengan orang yang sama sekali tak ku cintai!!!

Aku selalu berdoa semoga pernikahan ini di batalkan, tapi setelah terus lama aku berdoa selama itu juga persiapan demi persiapan di lakukan dengan matang, dan malam ini aku terakhir berdoa, “jika menikah adalah yang terbaik maka bukalah hati hamba untuk mencintai laki-laki ini”
Aku pasrah!!!

Aku akan menikah 2 bulan lagi!

banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250

Komentar