MEDAN, CN – Akibat dari wabah Corona yang menimpa Negeri ini, yang berdampak pada penurunan perekonomian masyarakat yang cukup drastis, bahkan sampai ada yang harus kehilangan pekerjaan karena di PHK dari perusahaan tempatnya bekerja.
Bukan hanya itu saja, dampak dari pandemi Covid-19 ini juga berpengaruh pada dunia pendidikan, seperti banyaknya para orang tua siswa yang tak mampu untuk membayar uang sekolah anaknya dalam 5 bulan belakangan ini. Akibatnya, disaat kelulusan dan kenaikan kelas, para siswa tak bisa mendapatkan ijazah ataupun raport karena belum melunasi semua tunggakan uang SPP.
Hal itu seperti pantauan awak media ini di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) YASPI Labuhan Deli. Tepatnya di Jalan Kol. Yos Sudarso Km 16,5 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Sumatera Utara, Sabtu (20/6/2020).
Terkait perihal itu, seorang ibu rumah tangga Jaleha (46), orang tua siswi bernama Fitria Wulandari kelas X5 OTKP SMK Yaspi, warga Jalan Selebes Gang 5 No.145 Lingkungan 34 Kelurahan Belawan II, yang saat itu hendak mengambil raport anaknya. Namun, karena masih adanya tunggakan uang SPP, sehingga pihak sekolah tetap menahan raport anaknya tersebut.
“Baru kali ini tunggakan uang sekolah anak saya, karena suami sudah 5 bulan ini tidak kerja di gudang karena corona. Saya juga sudah bermohon, bahwa di tanggal 5 bulan depan akan saya bayar dapat dari uang main jula-jula, tapi gurunya ngak ngasi juga,” ucap Jaleha.
Lalu saya jumpai kepala sekolah, eh..yang kesalnya, saya mau lihat nilai raport anak saya naik kelas atau tidak pun ngak mereka kasi, kejam kali ah mereka, padahal anak saya dari pagi tadi menangis terus minta diambilkan raportnya,” sambungnya.
Hal yang sama juga dialami Amran, yakni orang tua dari Ayuni Maulida, siswi kelas X5 OTKP SMK Yaspi, warga Jalan Stasiun Komplek PJKA, Kelurahan Belawan II, yang kesehariannya hanya bekerja sebagai buruh harian lepas di Pelabuhan Belawan.
Sejak pagi hari dirinya sudah datang untuk bermohon pada guru sekolah anaknya. Namun, pihak sekolah bersikeras untuk menahan raport anaknya, di karenakan masih ada tunggakan uang sekolah yang belum terbayar.
Karena tak ada solusi dari pihak sekolah, ia pun bergegas pulang dan minta istrinya cari pinjaman uang panas (kredit rentenir). Setelah uang panas didapatkan, dirinyapun kembali lagi ke sekolahan anaknya untuk menebus raport anaknya tersebut.
“Anak saya nangis terus minta raportnya, terpaksa saya pagi sudah datang untuk memohon pada gurunya, namun tak juga ada solusi dan tunggakan harus dibayar. Terpaksa saya harus pulang, dan menyuruh istri saya cari pinjaman dari rentenir, setelah uang panas itu dapat baru saya bayar tunggakan uang SPP, agar raport anak saya itu bisa diambil ke sekolahnya,” ucap Amran sambil menahan rasa kesal kepada pihak sekolah.
Amran juga heran dengan program pemerintah tentang pendidikan. Padahal, menurut Amran, anaknya terdaftar sebagai peserta Kartu Indonesia Pintar (KIP). Akan tetapi, sejak ia terima kartu itu sejak dua tahun silam, tapi kartu itu seperti tak ada fungsinya, tidak pernah anaknya menerima uang bantuan sekolah tersebut.
“Saya heran juga lihat program pemerintah ini, anak saya dapat kartu KIP, tapi tak ada fungsinya. Sudah dua tahun saya terima, tak pernah sekali pun keluar uang bantuan KIP itu untuk biaya sekolah. Ini dia kartunya bang, No.KIP : PISZWV dan No.KKS : 355721. pusing saya bang lihat negara kita ini”, ungkap Amran
Sementara itu, Kepala Sekolah SMK YASPI Labuhan Deli, Drs.H.Ridwan Abied, M.Pdi mengatakan, penahanan raport siswa yang belum melunasi uang SPP merupakan keputusan dari pihak Yayasan sekolah. Mengenai orang tua murid yang ingin melihat nilai raportnya namun tidak diperbolehkan oleh gurunya, dirinya tidak mengetahuinya.
“Tentang penahanan raport murid itu sudah jadi keputusan dari yayasan sekolah, mengenai permohonan dari orang tua murid itu bukan wewenang saya, coba tanyakan aja sama pihak yayasan,” jelas Kepala Sekolah tersebut.
Saat di konfirmasi terkait hal ini, pihak pengurus Yayasan Yaspi, Rusbaini atau yang sering dipanggil di sekolah dengan sebutan Ibu UB tidak bersedia menjawab dan enggan untuk ditemui, pihaknya hanya mengatakan, “Maaf ya Pak saya lagi sibuk” kata pengurus Yayasan Yaspi sambil berlalu pergi.
Berdasarkan pantauan awak media ini di lapangan, kurang dari 50% saja para siswa yang bisa mendapatkan raport saat itu. Namun, ada 50% lebihnya lagi raport para siswa di sekolah itu tertahan, karena belum melunasi tunggakan uang sekolah. (Hendra CN)
Komentar