Oleh: Muhammad Harun
Ketika institusi media massa disebut berfungsi sebagai bagian dari demokrasi, maka serta merta kita bangga karena disesejarkan dengan fungsi dan peran parlemen keempat. Kita bersorak-sorai karena saat reformasi 98 kebebasan pers dibuka seluas-luasnya sebagai salah satu agenda reformasi.
Pers bebas berkarya dan berekspresi menentukan sikapnya membawa aspirasi publik. Cetak atau online bebas menyampaikan informasi sekaligus memperjuangkan berbagai hal demi perbaikan kondisi dan keberpihakannya kepada rakyat tertindas sekaligus sebagai penyampai suara kebenaran dan keadilan.
Maka sudah tepatlah kiranya jika pers atau media massa disebut pilar keempat Demokrasi, karena memang peran dan fungsinya senantiasa membela kepentingan publik dan berpihak kepada rakyat terutama mereka yang tertindas akibat hegemoni kapitalisme yang menggurita.
Persoalannya sekarang, masihkah peran-peran keberpihakan pers saat ini masih ada ditengah industri pers atau media yang mayoritas pemiliknya menjadi subordinat dari sebuah kekuasaan?
Corong Rakyat atau Penguasa?
Tulisan ini mencoba tidak mendikotomi apa itu rakyat atau apa itu penguasa, karena yang perlu dijadikan bahan pembahasan adalah persoalan keberpihakan terhadap kebenaran dan pemberdayaan kepada yang lemah. Arus utamanya adalah keberpihakan kepada keadilan sosial.
Kepada keadilan hukum, menentang kezaliman dan tindakan sewenang wenang serta diskriminasi dalam segala bentuknya. Pada akhirnya Pers berada di garda terdepan sebagai Corong demokrasi. Adakah pers di Era jaman now ini yang benar benar menjadi Corong demokrasi? Tentu saja demokrasi dalam skup yang universal baik politik, ekonomi, budaya dan pendidikan.
Masalah besar di negeri ini adalah pers masih didominasi oleh penguasa modal dan penguasa politik. Sementara itu pers yang konon mengklaim dirinya independent sulit rasanya lepas dari sang pemilik media bahkan bisa kita katakan tetap masih menjadi Corong penguasa sekaligus pengusaha.
Lantas, pertanyaan selanjutnya apakah masih ada independensi media di negeri ini? Pers kita benarkah menjadi pejuang dan penjaga demokrasi ataukah Corong penguasa dan pengusaha? Semoga tidak.!
Penulis adalah Ketua Umum DPP Forum Pengembangan Pewarta Profesional Indonesia (FP3I).