TERNATE, CN -Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasan Boesoirie Kota Ternate, Syamsul Bahari, akhirnya angkat bicara terkait dengan inspeksi mendadak (Sidak) yang di lakukan oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Maluku Utara, Kuntu Daud di rumah sakitnya pada hari Rabu (15/7/2020) kemarin, katanya tidak menemukan petugas atau koordinator di dalam penanangan Covid-19 di RSUD.
Kata Syamsul, selaku pimpinan Rumah sakit, dirinya memberikan apresiasi terhadap kegiatan yang di lakukan oleh ketua DPRD, namun di sayangkan disini, area sidak yang di datangi itu salah tempat sasaran.
“Bagi saya, Sidak yang di lakukan ketua DPRD Provinsi itu juga bagus, karena melihat kita punya kinerja, tapi asalkan tempatnya benar. Kalau tujuan mau melihat penangan Covid-19, semestinya masuk ke ruang Covid-19, sehingga tepat sasaran,” Katanya kepada sejumlah awak media diruang kerjanya, kamis (16/7/2020).
Syamsul menyebut, siapapun yang bertugas di UGD non Covid-19, sudah tentunya tidak akan tahu wilayah penanganan pasien Covid-19.
“Pelayanan yang kita berikan itu kan, ada Covid-19 dan non Covid-19. Tetapi kemarin ketua DPRD salah masuk, yang dia masuk di wilayah Unit Gawat Darurat (UGD) non Covid-19. Jadi wajar saja ketika Ia menanyakan tentang Covid-19, petugas setempat tidak tahu menahu soal itu, sebab keberadaan seluruh positif pasien Covid-19 UGD-nya berada di samping area ruang mayat, dan saya tidak izinkan siapa pun masuk, karena yang wajib berada di ruang itu, selain petugas yang memakai alat pelindung diri (Baju Hazmat) dan pasien yang terpapar Covid-19,” ucapnya.
Ia mengatakan, alur yang di datangi ketua DPRD kemarin, biasanya pasien datang sendiri kalau ada gejala-gejala pernapasan, sementara untuk UGD Covid-19 di ruang isolasi, pasien dibawa datang petugas dinas kesehatan Kabupaten/Kita dengan berdasarkan rapid tes.
“Ini sebenarnya hanya miskomunikasi
sehingga waktu ketua DPRD menanyakan ke petugas UGD jelas-jelas petugas tidak tahu. Kalau masuknya pas, pasti tidak akan terjadi masalah,” ungkapnya.
Ia menambahkan, petugas yang melakukan pelayanan, waktu kerjanya 24 jam terbagi dari 4 (Empat) kelompok. Jadi kalau di bilang jam 8 (Delapan) petugas dan direkturnya tidak ada, itu juga salah.
“Masa pimpinan di suru jaga pasien?, Ya tidak lah. Direktur datang situ pada waktu begitu mau jaga-jaga apa. Katanya inspeksi sidak mendadak mau buat kejutan, padahal salah masuk, jadi salah masuk kesimpulan dan ceritanya ikut salah,” imbuhnya. (Ridal CN)