oleh

Dulu Merdeka Kini Berduka

Oleh: Ummulkhairy M Dun
Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam
Anggota Generasi Baru Indonesia (GenBI)
Mahasiswa IAIN Ternate

Secara asasi, Indonesia adalah kumpulan bangsa dengan beragam budaya yang dipertegas dalam bingkai Nusantara. Dahulu, Indonesia bukanlah negara seperti sekarang ini. Pasalnya, Indonesia hanyalah wilayah dengan bentuk kepulauan yang menjadi rebutan para bangsa asing. Tidak merdeka menjadikan Nusantara Indonesia tersebut dibawa arus jajahan bangsa kuat saat itu.

Spanyol, Inggris, Jepang dan Belanda adalah negara yang berhasil menggunakan powernya dalam merebut pulau dengan nama Indonesia itu. Dinamika perebutan Nusantara ini semakin menjadi polemik dan menyiksa para penghuni negeri kepulauan Indonesia. Sistem tatanan kehidupan yang berasaskan diskriminasi sering dilekatkan pada mereka yang bergelar pribumi.

Pribumi kerap kali disapa bagi mereka yang merupakan penduduk Indonesia. Layaknya negara pada umumnya yang dijajah oleh bangsa lain, mereka pun turut merasakan ketidaknyamanan hidup dalam genggaman bangsa lain.

Klimaks dari penjajahan di bumi Nusantara ini adalah kekejaman dari pihak Belanda yang merampas secara paksa hak-hak para pribumi. Kenaifan penduduk Indonesia pun dimanfaatkan oleh bangsa Belanda hingga Indonesia yang pada mulanya bukan negara pemerintahan akhirnya dibuat pemerintahan dengan berkiblat pada “Negeri Kincir angin” tersebut.

Tidak membutuhkan waktu yang cepat untuk keluar dari kehidupan di bawah ketiak bangsa Belanda, masyarakat Indonesia mulai sadar dan berani mengambil sikap untuk melawan para penjajah.

Kenaifan pribumi pun mengalami revolusi kehidupan, pasalnya kecintaan mereka terhadap tanah air mengharuskan mereka untuk melawan dan merebut tanah serta hak kehidupan yang telah dirampas oleh para bangsa asing.

Melawan dan membangkan adalah solusi yang sangat solutif dalam memerdekakan diri dan tanah air atas jajahan bangsa asing. Perlawanan masyarakat pribumi dilakukan secara bertahap di seluruh daerah yang ada di Indonesia dengan menggunakan peralatan berbasis local wisdom yakni senjata ‘Bambu Runcing.

Dengan persatuan, kerja sama dan atas kekuatan spiritual yang baik, akhirnya kepulauan yang bernamakan Indonesia itu bebas dari kekuasaan bangsa asing. Segala bentuk kehidupan oleh bangsa asing tidak dipraktekkan lagi di negeri ini.

Segala tatanan kehidupan pun diatur dan dibijaki secara mandiri oleh masyarakat Indonesia yang dinahkodai oleh kedua bapak proklamator yaitu Soekarno-Hatta. Atas dasar inilah sehingga ‘Tujuh Belas Agustus Seribu Sembilan Ratus Empat Puluh Lima’ menjadi saksi bisu kemerdekaan negeri kepulauan ini.

Kebahagiaan dan semangat baru terlihat jelas dalam literatur sejarah negeri ini dengan bukti eksistensi Indonesia sebagai negara yang masih dijumpai hingga sekarang. Dalam tatanan kehidupan, Indonesia telah berhasil memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai negara.

Sebagaimana yang telah dikampanyekan bahwa setiap tanggal 17 Agustus adalah peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya yang memiliki tanggal 17 Agustus, kini tahun 2020 pun masih memberikan kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk merasakan tanggal stimewa tersebut.

Dalam hitungan waktu dekat ini, 17 Agustus akan kita jumpai. Pertanyaannya, 17 Agustus Tahun ini masihkah kita merdeka?. Dalam paparan di atas tentu telah dipahami bahwa yang dimaksud merdeka adalah keberhasilan bangsa Indonesia dalam melangsungkan kehidupan yang mandiri dan terbebas dari campur tangan bangsa asing.

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia sudah sepantasnya kita mengikuti dan mengambil peran dalam kehidupan bernegara di Indonesia. Dulu, kita berhasil merdeka karena adanya persatuan. Itulah sebabnya, dalam dasar negara Indonesia telah dicantumkan “Persatuan Indonesia” sebagai jati diri bangsa Indonesia.

Semangat nasionalisme dan cinta tanah air saat ini hanya berkedudukan sebagai slogan dalam setiap panggung sosialisasi. Bagaimana tidak? Kita masih disibuki dengan persoalan yang bersifat teoritik sementara yang dibutuhkan Indonesia adalah praktik dan pengamalana atas nilai nasionalisme yang sering didengungkan.
Hal miris lainnya adalah di tengah refleksi hari kemerdekaan Indonesia yang tepat berusia 75 tahun ini generasi muda Indonesia jauh dari kata berilmu dan beradab. Secara IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) Indonesia belum mampu berdiri sendiri dan memperkenalkan kehebatannya dalam bidang ini.

Lagi dan lagi bangsa asing masih menjadi kiblat dari negeri ini. kemunduran IPTEK dipengaruhi oleh keadaan pendidikan yang tidak lagi kondusif. Dengan keadaan di tengah pandemi seperti sekarang, pendidikan Indonesia sedang dilanda duka yang sangat mendalam. Sebab secara mental pendidikan Indonesia tidak siap diperhadapkan dengan masalah Covid-19.

Pendidikan yang semakin mundur berakibat pada peradaban di Indonesia. “Kemanusiaan yang adil dan beradab” yang dicita-citakan oleh para founding father saat ini hanya berupa kata-kata. Adab yang dimiliki para generasi penerus bangsa ini telah jauh dari nilai-nilai pancasila. Hal ini berangkat dari arus globalisasi yang tidak dapat dibendung. di negeri ini.

Jika dulu para pendahulu bangsa ini dengan gagah dan berani menyatakan sikap merdeka dan mengusir para penjajah, berbeda dengan keadaan saat ini. Pasalnya beberapa dekade terakhir ini Indonesia dapat diasumsikan sebagai negara yang tidak lagi mandiri.

Kemandirian Indonesia sebagai bangsa dibumihanguskan oleh anak bangsanya sendiri. Hal ini terlihat jelas dengan adanya kecenderungan bangsa ini dalam menarik kuat bangsa asing untuk mengatur kehidupan di Indonesia.

Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia kini pun dirampas secara cantik oleh mereka yang bukan berkebangsaan Indonesia. Kehidupan melarat tanpa kebahagaiaan dan keadilan dipantaskan kepada mereka yang menetap di Indonesia.

Sampai disini dapat dipahami bahwa merdeka tidak lagi dirasakan oleh kita yang bernamakan bangsa Indonesia. Kemerdekaan hanyalah simbol sebatas kata yang jauh dari realitas kehidupan di negeri ini.

Tidak pantas untuk menyalahkan mereka yang bertugas, sebab dari diri masing-masing bangsawan di kepulauan ini belum menanamkan nilai-nilai yang termaktub dalam pancasila. Bahkan ada yang berniat untuk merubahnya. Itulah kenapa saat ini kita sedang dijajah oleh bangsawan dari negeri ini.

Sejumlah persiapan yang dilakukan mereka dari negeri ini dalam menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia sekarang adalah ilusi belaka. Sebab bangsa ini belum sepenuhnya merdeka. Indikator di atas menunjukkan sejumlah bidang dalam kehidupan di negeri ini masih diatur oleh mereka yang bergelar ‘kacung’.
Oleh karena itu keadaan Indonesia kini sedang dalam keadaan yang tidak baik. Indonesia tidak butuh bendera yang sering dikobarkan atau pajangan umbul-umbul merah putih pada setiap tempat menjelang hari kemerdekaannya. Tetapi yang dibutuhkan Indonesia adalah meNusantarakan Indonesia dalam diri setiap rakyat Indonesia.

Dengan demikian Dulu pernah merdeka dan kini sedang berduka. Duka bangsa adalah kesalahan mereka yang meninggalkan pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia. Dari Indonesia yang berduka, Untuk Indonesia yang merdeka.

banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250