HALSEL, CN – Prestasi Kepala Desa Labuha Khecamatan Bacan Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Badi Ismail pantas di apresiasi oleh semua pihak di Kabupaten Halsel. Pasalnya, yang bersangkutan hanya mengandalkan sumber Dana dari Dana Desa Labuha setiap Tahun sekitar 1 miliyar lebih. Mbamun mampu mendorong peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Labuha dan berefek positif pada masyarakat Desa lainnya.
Program kegiatan dalam mendorong sektor ekonomi perdagangan di Desa Labuha yang bersumber dari Dana Desa (DDS) itu di lakukan oleh Kades Labuha melalui Badan Usaha Mbilik Desa (BUMDes) dengan cara membangun Pasar Moderen Labuha yang sementara di gunakan para pedagang untuk berjualan, sehingga ketika pemerintah Daerah (Pemda) Halsel merelokasi para pedagang dari Pasar Tembal ke Pasar Tuwokona dan Pasar Labuha tetap beroperasi seperti biasa.
Pasar Sarumah Central Bisnis Moderen, yang di bangun oleh Pemda Halsel yang terletak di Desa Tuokona Kecamatan Bacan Selatan dikeluhkan Para pedagang Bawang, Rica, Tomat (Barito) dan penjual ikan di Pasar Tembal Kabupaten Halsel.
Relokasi para pedagang di Pasar Tembal ke Pasar Desa Sarumah Central Bisnis Moderen yang terletak di Desa Labuha Kecamatan Bacan pada 16 Agustus 2020 dikeluhkan para pedagang.
Akibat hadir Pasar Desa Labuha Kecamatan Bacan, sehingga mempengaruhi pendapatan penjualan pedagang dan daya beli masyarakat sangat minim karena Pasar Labuha di jadikan Pasar alternatif yang mudah di jangkau oleh masyarakat.
Keluhan ini di sampaikan oleh Ketua Pasar, Ami saat ditemui cerminnusantara.o.id, Senin (24/8/2020) menuturkan bahwa kehadiran Pasar Desa Labuha membuat dagangan ikan dan Barito di Pasar Tuwokona sangat kurang dikunjungi pembeli.
“Selama 1 Minggu ini hanya 3 hari daya beli masyarakat meningkat karena pada saat Pasar Labuha belum beroperasi aktif setelah Pasar Labuha beroperasi membuat dagangan ikan dan Barito tidak laku lagi,” jelasnya.
Saat ditemui penjual Barito, Asmawia kepada cerminnusantara.co.id, Senin (24/8), menyesalkan Pemerintah Daerah karena membiarkan Pasar Desa Labuha aktif tanpa pikirkan dampak.
“Kami para pedang yang berjualan di Pasar Tuwokona yang sangat jauh, sehingga mempengaruhi kunjungan para pembeli di pasar tersebut,” ucapnya.
Akibat dari kurangnya pengunjung dan pembeli di Pasar Desa Tuwokona, sehingga para pedagang dari Desa Tuwokona kembali berjualan di Pasar Desa Tembal.
“Aalasan tong pindah di Pasar Tembal karena dagangan torang sudah tara laku lagi, karena su ada Pasar Desa Labuha yang mudah di jangkau masyarakat di Kota Labuha, baik pembeli maupun penjual,” keluhnya.
Sekalipun harga Barito dan ikan masih normal dan harga Barito di Desa Labuha dan Pasar di Desa Tuwokona sama. Namun masyarakat lebih banyak balanja di Desa Labuha akibat jangkauan dekat dengan hemat biaya.
“Torang pindah di Pasar Tembal ini, sejak kemarin Minggu 23 Agustus, karena kalo batahan di Pasar Tuwokona torang pe dagangan bisa busuk samua, baru Tiga Hari Pasar di Labuha buka tong Tiga hari di Tuwokona pe dagangan Barito su ada yang rusak baru tara laku. Awalnya pendapatan 500 Ribu per hari, saat Pasar Desa Labuha buka tong pe pendapatan turun jauh skali, Tiga hari terakhir ini pendapatan satu hari 100 ribu itu saja paksa,” ungkapnya.
“Biar Pasar Tuwokona bagus, tapi sama saja karena seperti Pasar Kabong (Hutan) karena hasil jualan tidak laku, kalo Pasar Labuha yang di bangun oleh Kades Labuha dekat jadi itu Pasar Kota dan jualan para pedagang disitu sangat laku, torang kalo batahan di Pasar Tuwokona bisa tarada yang datang balanja,” tambahnya.
Ketua Pasar dan Ibu Asmawia bilang kalau bisa Pemda Halsel turun dan melakukan prosedur yang tepat.
“Agar Pasar itu satu tempat saja, biar pemerataan pendapatan dari jualan, alasan tong pindah di pasar Tembal biar ada penghasilan. (Red/CN)