HALSEL, CN – Dugaan Pungutan Liar (Pungli) hampir Rp 10 juta yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Kabupaten Halmahera Selatan (SMPN 29 Halsel) Provinsi Maluku Utara (Malut) dibenarkan Kepala Sekolah, Halima Hi. Salim.
Melalui via telepon seluler, Halima mengakui bahwa sebelum ia mengambil kebijakan untuk memungut biaya ujian Asesmen Nasional (AN), dirinya telah berkoordinasi kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Halsel.
“Jadi sebelum saya bertindak itu, saya ke Dinas, saya konsultasi ke bagian Kurikulum. Saya bilang, pak bagaimana ini, sementara ini belum ada Dana, jadi pak bilang, sudah begini saja, kalau boleh, ibu ke Kampung bicara langsung dengan orang Tua Wali Murid, lebih bagus lagi langsung ke Kepala Desa Pelita, artinya saya pulang Kampung pertemuan dengan orang Tua Wali Murid. Jadi setelah itu, saya minta di orang Tua Murid bahwa itukan 2 kali ujian yaitu Gladi dan Inti. Jadi Ujian inti itu besok di Hari Senin, tapi kami dapatnya di Hari Rabu,” aku Halima, Sabtu (2/10/2021).
Maka dari itu, atas dasar konsultasi antara dirinya dengan pihak Dikbud Halsel, Halima langsung patok per siswa Rp 400 ribu, Rp 200 ribu untuk Gladi dan Rp 200 ribu untuk Ujian AN Inti.
“Cuma saya salah karena memang saya tidak beri tahu langsung lewat forum bahwa uang itu akan saya ganti. Tapi setelah Gladi, saya beri tahu ke salah seorang orang Tua Wali Murid, saya bilang, tolong sampaikan di orang Tua Wali Murid bahwa uang itu akan saya ganti, jika Dana BOS sudah cair. Tapi setelah saya dapat berita, langsung saya beri tahu ke orang Tua Wali Murid yang saya pernah perintahkan itu bahwa hal ini sudah diberitahukan ke orang Tua Wali Murid yang lain atau belum kalau uang itu akan saya ganti, cuma katanya, hanya beri tahu ke sebagian saja, sebagiannya belum,” cetusnya.
Namun kata dia, jika dirinya tidak membebani biaya kepada orang Tua Wali Murid, ia mengaku tidak tahu akan dapat biaya untuk ujian AN nanti.
“Jadi seandainya saya tidak melakukan hal begitu, nanti saya dapat uangnya dari mana. Jadi jalan satu-satunya saya harus bikin begitu, tapi insya Allah, kalau sudah pencairan baru saya ganti,” ujarnya.
Ditanya berapa jumlah siswa yang ikut Ujian AN, Halima menyebut ada 24 orang siswa. Maka dari 24 siswa tersebut, Halima diduga meraup Rp 9.600.000.00 (Sembilan juta enam ratus ribu rupiah).
“Jadi uang itu diperuntukkan untuk Ujian Asesmen Nasional yang akan kami nebeng di SMP Negeri 1 Halmahera Selatan. Jadi sementara kita menuju ke Labuha harus lewat laut, jadi anggaran itu untuk transportasi, makan dan minum,” tutupnya. (Red/CN)
Komentar