Oleh: Sahib Munawar. S. Pd., M.Pd
(Dekonstruksi filsafat manusia Ibnu Al Arabi)
Dekonstruk pemikiran Ibnu Al – Arabi Tidak semuda itu dalam memahami arti kesatuan wujud atau wahdatul wujud manusia lewat filsafat kemanusian, kecuali bagi orang berkutat dalam dunia filsafat Islam, Penulis akan mencoba menguraikan arti dari kalimat Ensensi manusia lewat filsafat manusia Arabi “ filsafat manusia adalah kajian tentang hakikat manusia dan berbagai macam karakteristik yang dimiliki serta pengaruhnya dalam kehidupan, Kita tahu bahwa arabi adalah tokoh filosof islam dan mempunyai konstrubusi besar dalam dunia filsafat islam’ ia adalah filusuf yang banyak menaruh perhatian tentang akar penciptaan manusia dikaitkan dengan ilahi. Ia banyak membahas tentang realitas itu sendiri itu sendiri’ yaitu realitas wujud , antara ada atau mengada atau apapun yang mewujudkan hal tersebut. Wujud dalam Islam disebut dengan al-haq atau wahdatul wujud dalam ajaran Al-Halajj oleh syhaik sitti Jinar, yang merupakan nama lain dari tuhan, yaitu wujud dalam dirinya sendiri tersembunyi maupun tersingkap. Yang dapat mengenali wujud secara sempurna adalah manusia atau yang sering disebut dengan manusia sempurna sempurna dalam bahasa Al-Quran yaitu “ Al insan al kamil”.
Wujud tidak bisa dikenali oleh siapapun dan apapun kecuali wujud itu ingin dikenali, maka dari itu wujud untuk dapat dikenali maka ia mewujudkan diri melalui tiga hal yang palin fundamental yakni Alam semesta, melalui diri dan kitab suci Al-Qur’an sebagai sebagai kunci untuk membuka pintu kea lam semesta dan wujud itu sendiri, semesta itu ialah manusia sempurna dihubungkan dengan dua aspek yang bertentangan dari realitas ilahi yang unik yaitu antara sifat binatang atau malaikat dalam bahasa Al-Ghazali disebut dengan hewani dan malaikat’ dengan kata lain manusia berada diantara dunia yang penuh dengan kefanaan dan kekakalan dalam posisi tenga tersebut manusia berada dalam kenyataan. Manusia sempurna adalah manusia yang benar-benar menyadari bahwa didalam dirinya dipenuhi oleh potensi spiritual dan masuk dalam ruang keesaan Tuhan yang menjadi pondasi dari segala keberadaan sebagaimana dalam ungkapan Sufi” Barangsiapa mengenal dirinya maka ia mengenal tuhannya” karena esensi ketuhan itu melekat pada dirinya.
Kembali ke filsafat manusia, filsafat manusia merupan integral dari sistem filsafat yang mengkaji hakekat manusia, hakikat manusia bukan pada persoalan fisik namun apa yang ada dibalik tubuh, kebudayaan dan hubungannya dengan tuhan dalam bahasa Al-Qur’an adalah Hablunminallah dan Minannas, Dalam filsafat barat masuk dalam kajian ontology dan metafisika yang biasa disebut dengan antropologi metafisik atau psikologi metafisik. Dalam dunia Islam filsuf yang menaruh perhatian dan konstribusi yang besar adalah Ibnu Arabi melalui beberapa karyannya terutama Al-Futuhat al makkiyah dan fushush al-hikam yaitu membahas tentang hakikat manusia terkait dengan tuhan, kosmos dan jalan menjadi manusia yang sempurna ia juga dikenal dengan sapaan Asy Syekh al-akbar yaitu “Guru teragung” adalah pemikir yang sangat berpengaruh pada paruh kedua sejarah islam abad ke 12 di kordova spanyol.
Tak etis jika penulis lupa memperkenalkan sang sufi dan filusuf yang satu ini’ beliau yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad Ibn Al Arabi al-Hatimi al-tai, sang sufi /filsuf Murcia kota spanyol lahir pada tanggal 17 Ramadhan 560 H ,bertepatan dengan 28 juli 1165 M, beliau meski tidak mendirikan tarekat yang resmi sebagaimana umumnya sufi yang lain. Belaiau mengakhiri hidupnya di Damaskus pada 16 November 1240 M, bertepatan tanggal 22 Rabiul akhir 638 H , Pada usia 70 tahun, pencapaian spiritualnya yang luar biasa telah menyebarkan hampir ke seluru dunia islam dan barat. Filsafat manusia al-arabi ini diawali dengan pembahasan dengan nama-nama tuhan dan manusia sempurna, sebelum saya beranjak dari pembahasan ini saya perlu untuk menyampaikan sebuah mata rantai antara filsafat dan tasawuf karna ini berhubungan dengan pengaruh ajaran yang dibawahkan oleh muridnya Al-Arabi, mata rantai paling penting yang menghubungkan filsafat dengan tasawuf Shadr Al-din al-Qunawi dia adalah sahabat dan murid Ibn Arabi sang arif besar tetapi juga murid Al-Thusi, pada diri Qunawi lah untuk pertama kali tradisi filsafat dan tasawuf bertemu, warisan Qunawi di tambah dengan tradisi iluminisme Islam yang dikembangkan oleh Syihab al-din Suhrawardi dan Mulla Shadra, itulah sedikit sebuah mata rantai antara filsafat dan tasawuf bertemu, sekarang kita kembali pada filsafat manusianya al-arabi, manusia dan alam sangat terkait dengan Tuhan semua yang ada bersumber pada tuhan karna segala sesuatu di alam kosmos termasuk manusia merupakan menifestasi Tuhan yang telah terjewantahkan melalui ciptaannya sekaligus cerminan untuk melihat kesempurnaan tuhan. Pembahasan tentang manusia dikaitkan dengan wujud tuhan melalui nama-nama yang dilacak dalam kitab suci yang disebut asmaul husna. Setiap nama tuhan yang terdapat dalam Al-Quran/Hadist memberitahukan kepada kita tentang realitas wujud, Ibnu al-arabi terobsesi menemukan akar ketuhanan terhadap semua fenomena di jakat raya ini melalui bantuan spiritual termasuk siapa sebenarnya manusia itu. Tuhan satu-satunya pemilik sifat yang benar dan sempurna semua yang ada didunia ini seperti kehidupan, pengetahuan, kehendak dan kekuasaan semua milik tuhan , namun segala sesuatu menampakkan aspek-aspek tertentu dari kehidupan, pengetahuan , kekuasan dan kehendak semua tercermin dalam kosmos, tuhan membantu eksitensi menuju entintas-entitas aktual yang berarti eksentensi sepadan dengan kebutuhan nyata. Al-arabi menyebutkan manusia sempurna sebagai pilar kosmos, tanpa manusia , kosmos akan runtu dan mati serta tidak bermakna, hal ini akan terjadi di akhir ketika manusia sempurna terakhir terpisah dari dunia ini, manusia di ciptakan untuk menjadi khalifah fil ardi, yaitu” (khalifah di muka bumi) manusia sebagai khalifah Tuhan dibumi yaitu untuk melestarikan Alam semesta ini dan dilarang untuk berbuat kerusakan di muka bumi, sebagaimana Mahluk sebelum manusia yang menghuni bumi ini yang disebut dengan Banu Al-Jann” , ini artinya jika jika terjadi kerusakan dan kehancuran alam dan lingkungan social di masyarakat adalah salah satu tanda berkurangnya jumlah manusia yang sempurna di muka bumi. Alam semesta tidaklah sempurna tanpa kehadiran manusia, Dalam kosmos islam bahwa kosmos tidak memiliki tujuan di dalam dan dirinya sendiri. Kosmos hanya bertujuan untuk membuat dan menopang manusia menjadi eksis. Menurut ibnu al-arabi “ manusia sempurna menyembah Tuhan melalui setiap agama wahyu ( syari’i) memujinya dengan semua lida dan bertindak sebagai wadah bagi setiap penyingkapan dirinya, jika sesuatu dari dirinya menutupi dari merasakan totalitas dirinya kemudian dia bersikeras secara jahat untuk melawan dirinya sendiri maka dia bukanlah manusia sempurna, karena dengan mengenal dirinya, manusia sempurna mengetahui tuhan.
Proses manusia mengaktualisasikan bentuk tuhan dan memanifestasikan nama-nama tuhan seringkali disebut sebagai akhalak Tuhan, mengambil akhalak tuhan bukanlah merupakan bertujuan mencapai derajat setenga Dewa dan menyaingi tuhan namun sebaliknya jalan ini membawa pada penurunan secara gradual sehingga sifat-sifat insani berhenti mewujud hingga orang menjadi tiada. Ibnu al-arabi menujuk pada tingkatan kesempurnaan manusia sebagai hamba ( Ubudiyah) sebagaimana yang seringkali ia tegaskan bahwa kedekatan ( qurd ) tidak dapat dicapai kecuali seseorang itu menjadi hambahnya yang utama, manusia sempurna adalah hamba-hamba tuhan yang sebenarnya dan absolut, meminjam kalimat Dr, Ali-Syari’ati” bahwa manusia itu mempunyai kapasitas dan kapabilitas untuk menjadi manusia yang sempurna atau Insan kamil sebagaimana yang tertera dalam Kitab suci Al-Qur’an yakni sebagai Khalifah fill ardi. Dalam konsep Karl Marx sifat dasar manusia mengacu pada sintesis yaitu antara naturalism dan humanism, Naturalisme paham yang menyatakan bahwa manusia adalah bagian dari alam bukan ciptaan dari sesuatu yang transenden, melainkan merupakan produk evolusi biologis yang panjang yang pada satu titik mengalami perkembangan baru dan spesifik melalui sejarah manusia yang muncul atas daya kreaktif mandiri, sedangkan humanism adalah paham yang mengajarkan bahwa manusia adalah mahluk praksis atau memiliki kemampuan untuk mentransformasikan alam dan menciptakan sejarah sendiri. Ini dalam pengertian bahwa’
“Manusia memiliki kendali atas kekuatan alam yang dengan kendalinya dia dapat menciptakan lingkungan manusiawinya sendiri, mampu mengembangkan kapasitas diri dan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang kemudian menjadi titik awal untuk pengembangan diri berikutnya. Inilah yang dalam konsep Islam disebut sebagai Khalifah Fil ardi. Olehnya itu dalam mensintesiskan hakikat manusia lewat filsafat manusia sebuah dekonstruksi filsafat manusia Ibn-Al-Arabi dalam tulisan ini bermaksud agar kita dapat mengambil hikmah bahwa manusia adalah mahluk tuhan yang ditipkan kemuka bumi untuk menjadi khalifah , karena hakikat manusia adalah manusia yang sempurna yang mampu menghadirkan setiap nama tuhan dalam kehidupan yang nyata , manusia sempurna adalah tujuan tuhan dalam menciptakan kosmos, seluruh alam semesta ini tidak akan diciptakan termasuk malaikat tanpa kehadiran manusia.
Labuha, Halmahera Selatan.
Rabu, 26 Februari 2020.