Babinsa Koptu Ruslan Bantu Evakuasi Warga Binaanya Ke Puskesmas Maffa

HALSEL, CN – Koptu Ruslan Babinsa
Koramil 1509-04/Mafa membantu salah seorang warga bernama Jaidun Bayan (71) yang tinggal di Desa Lelewi Kecamatan Gane Timur Tengah Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel).

Dari Informasi yang di terima wartawan cerminnusantara.co.id Senin, (24/02/2020) Babinsa Koptu Ruslan Menyampaikan, pada Hari Juma’t (22/02) Jaidun Bayan (71), Warga Desa Lelewi Kecamatan Gabe Timur Tengah tersebut mengalami sakit dan sempat di Antar ke Puskesmas Bisui.

“Tapi di puskesmas Bisui pun tidak ada obat mau pun cairan infus, sehingga Bapak Jaidun Bayan di pulangkan kembali ke Desa Lelewi, sesampai di Desa, bapak Jaidun Bayan pun mengalami Sakit lebih parah sehingga keluarga bapak jaidun menghubungi Babinsa Koptu Ruslan tuk membantu Evakuasi Bapak Jaidun ke Puskesmas Maffa,” Ungkap Koptu Ruslan

Lanjut Koptu Ruslan, Disaat Evakuasi dalam perjalanan, Air Sungai di Desa Tagia mengalami pasang dan Mobil Dinas Koramil 1509-04/Maffa jadi terpaksa di tinggalkan di pinggir Sungai Desa Tagia sedangkan Jarak Antara Desa Tagia dan Desa Maffa sejauh 5 KM, Hal ini pun tak mematahkan semangat Babinsa untuk membantu warga Desa binaan-nya yang mengalami kesulitan.

“Tandu yang tidak ada menjadi kendala untuk mengangkat serta membawa warga yang Sakit. Sehingga kami pun berinisiatif untuk Membuat tandu Darurat Agar bisa mengangkat Bapak Jaidun,” Ucapnya

Lebih lanjutnya lagi, Di bantu masyarakat dan keluarga Jaidun Bayan, bahu membahu dengan Koptu Ruslan bergantian mengangkat tandu. Dengan kondisi jalan yang belum di Aspal serta melewati jembatan darurat namun tidak menghambat atau menyurutkan semangat para pembawa tandu, Tiba di Puskesmas Mafa pukul 19.30 WIT. dokter Puskesmas pun memeriksa Jaidun dan menyimpulkan HB darah Pada Jaidun Rendah. Apalagi Riwayat Sakitnya ditambah Gula darah dan sariawan.

“Kemudian diesok harinya Bapak Jaidun Bayan Pun Di kabarkan meninggal dunia dan di kuburkan di Desa Lelewi,” Uncap Koptu Ruslan

Ketika di tanyakan soal keluarga korban, Koptu Ruslan Mengatakan, meraka Sangat Berterima Kasih kepadanya karena telah mau meluangkan waktu untuk membantu orang tua mereka yang sakit.

Koptu Ruslan Menutup percakapan dengan ucapan Belasungkawa.

“Semoga Alhamrum Bisa tenang dan yang di tinggalkanpun bisa tabah serta selalu mendoakan Almarhum bapak Jaidun bayan,” Tutup Babinsa Koptu Ruslan
(Hafik CN)

Bupati Serahkan Kursi Roda Untuk Disabilitas

HALSEL, CN – Bupati Halmahera Selatan (Halsel) H. Bahrain Kasuba serakhan Bantuan Sosial dari Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia (RI) kepada penyandang disabilitas Berupa Kursi roda. Senin, (24/02/2020).

Penyarahan yang berlangsung didepan Kantor Bupati Halsel usai apel pagi. Saat penyerahan bantuan Bupati juga di dampingi Wakil Bupati Iswan Hasjim, Sekertaris Kabupaten (Sekab) Helmi Surya Botutihe dan pimpinan SKPD lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Halsel.

Bantuan kursi roda diserahkan langsung oleh Buapti kepada delapan orang penyandang disabilitas yaitu, Lutfhie Sakhi Zaidan, Jeffri Tomaidi, Meldiano Kawonal, Alpius Manoi, Ahmad Iskandar Dinata, Moh. Hairi Iradat, Rahma Hi. Daim dan Poly Lestuny.

Penyerahan bantuan ini merupakan yang kedua kalinya/tahap II diberikan oleh Kemensos RI. “Bantuan ini memang nilainya tidak seberapa, tetapi sangat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Olenya itu harus dipergunakan sebaik-baiknya,” Ungkap Bupati saat penyerahan kursi roda.

Selain itu Bupati juga menyampaikan rasa terimakasihnya pada Kemensos RI, “Kita patut berterimakasih pada Kemensos RI karena telah peduli hingga memberikan bantuan untuk penyandang disabilitas di Halsel,” Ungkapnya Lagi.

Ini merupakan kedua kalinya Kemensos memberikan bantuan untuk penyandang disabilitas di Halsel yang sebelumnya berupa uang tunai sebesar Rp 3 juta 600 ribu rupiah per orang dan kali ini kursi roda. (Red)

Lamaran Di Tunda, Keluarga Ke Dua Mempelai Adu Jotos

TERNATE, CN – Sekelompok Jama’ah masjid kelurahan Soa dan Warga Kelurahan Moya Saling lempar batu, Kejadian ini terjadi pada juma’at, (21/02/20) Pukul 22.30 Malam.

Informasi yang di terima cerminnusantara.co.id ini, Kejadian bermula ketika salah satu keluarga lelaki yang bernama Ustad Iksan mendatangi rumah keluarga perempuan di kelurahan Moya Kecamatan Ternate Tengah, dengan tujuan untuk melamar keluarga Haji Samsudin.

Namun naas, lamaran itu berubah menjadi perkelahian di karenakan pihak keluarga ustad iksan selalu menunda-nunda waktu lamaran. Hingga amarah itu mumuncak dan terjadi adu argumen hingga menyebabkan satu pukulan telak dari salah seorang dari Keluarga Hi Samsudin yang mendarat pada Ustad Iksan dan terjadi keributan.

Keributan membesar ketika Sekelompok Jama’ah masjid Soa mendengar ustad Iksan di Pukul, mereka pun mendatangi rumah Hi Samsudin di kelurahan Moya.

Dengan teriakan takbir dan disusuli tindakan anarkis melempar kursi pelastik yang ada di depan rumah ke dalam rumah Hi Samsudin.

Tak berselang lama, warga moya keluar dan mengusir para Jama’ah untuk keluar dari Kelurahan moya, sehingga mengakibatkan baku lempar batu antara jama’ah dan warga moya.

Aksi baku lempar tak menjelang lama, Anggota Polda Malut dan Polres Ternate turun ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk membubarkan jama’ah yang datang di kelurahan moya dan ada dari beberapa anggota TNI yang juga membubarkan masa, tepat pukul 00.30 WIT Masyarakat moya dan sekelompok Jama’ah kelurahan Soa membubarkan diri kembali ke rumah masing-masing dan situasi mulai kondusif.

Kasat Reskrim polres Ternate AKP Riski Arinanda kepada wartawan, Sabtu (22/02/20) Menyampaikan, barang bukti sudah di amankan yang berupa kursi plastik, untuk itu pihak polres melakukan penyelidikan dan memanggil para saksi yang melihat kejadian tersebut untuk di mintai keterangan.

“Kami sudah terima laporan dan masih periksa saksi dan pelapor, untuk mengetahui jelas penyebabnya,” Pungkasnya (Red)

Peduli Penghijauan Pantai, Kapolda Malut Tanam Pohon Mangrove Di Kota Tidore

TERNATE, CN – Kegiatan tersebut merupakan bentuk Polri Peduli Penghijauan Pantai dan Penguatan Ekonomi Masyarakat Pesisir khususnya di Pesisir Provinsi Malut.

Kapolda Maluku Utara (Malut) Brigjen Pol. Drs. Rikwanto, S.H., M.Hum bersama Pejabat Utama Polda Malut, Kapolres Tidore dan segenap unsur Pemerintahan Kota Tidore Kepulauan melaksanakan Penanaman Pohon Mangrove, bertempat di Kelurahan Maftutu, Kecamatan Tidore Timur Kota Tidore Kepulauan. Jumat, (21/02/2020).

Dalam sambutannya Kapolda Malut mengatakan, hari ini akan melaksanakan penanaman pohon mangrove sebanyak 2.500 pohon di Mafturu yang juga dilaksanakan serentak di 12 Markas Unit Dit Polairud Polda Malut sebanyak 7.500 pohon, dengan jumlah keseluruhan pohon yang ditanam sebanyak 10.000 pohon.

“Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, serta menjadi amal baik yang bernilai pahala,” Ucap Kapolda Malut

Sebelum mengakhiri sambutannya, Kapolda memberikan pesan untuk sama-sama menjaga dan memelihara pohon yang telah tertanam sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan serta sosialisasikan pentingnya pelestarian hutan dan lingkungan. (Red)

Kampus Bukan Alat Untuk Di Ekspolitasi

Oleh: Sahib Munawar. S,Pd.I, M.Pd

Kampus merupakan salah satu lembaga atau media Pembelajaran, dimana kaum akademisi menjadi seseorang yang nantinya mampu membebaskan diri utuk lebih mempertajamkan Epstemologi yang radikal, Pendidikan menjadi penting untuk menarik animo semua kalangan dari manapun,( dari golongan kaya dan miskin). Sebab, dengan pendidikan orang dapat memahami serta merumuskan sesuatu yang ia ketahui bahkan bersentuhan langsung degan dirinya dan masyarakat. Dengan demikian tidaklah etis kalau kampus dijadikan alat ekspolitasi maka dengan sendirinya menghilangkan budayah intelektualitas dan berubah menjadi wadah untuk meraup keuntungan oleh pihak kampus. kalau sudah begini maka hilanglah Roh Fastabbikul khairatnya, Apalagi kampus swasta yang bernuansa Islam sudah barang tentu orang-orangnya memahami mana baik dan buruk, ayat dan hadits sudah tersimpan di memori kepala masa bisa lupa?.
Eksplotasi Pihak kampus terhadap mahasiswa. Sumber pendapatan terbesar kampus terletak pada mahasiswanya yang melakukan registrasi mahal , apa lagi kampus yang berstatus swasta, jadi ibarat kampus adalah sebuah pohon maka mahasiswa adalah akarnya, sumber air adalah biaya registrasi, Jadi kalau mau pohon itu dia tumbuh semakin besar dan berbuah, maka akar itu membutuhkan air yang banyak. Sudah menjadi rahasia umum kalau biaya pendidikan di kampus meroket , walaupun demikian mau tidak mau, suka tidak suka terpaksa harus menerimanya.
Dari sinilah pihak kampus mulai memaikan peranannya, sebagai distributor pendidikan dilingkugan kampus, dimana kampus dijadikan alat untuk mengekspolitasi demi kepentingannya.
Objek utamanya adalah mahasiswa yang menjadi korban dan sebagian dosen yang tidak ikut terlibat dalam pratek ini, karna Dosen ada MK ( Mata Kuliahnya di ekspolitasi) , mahasiswa yang lanjut sampai semester akhir bahkan yang sudah luluspun korban. Sehingga proses ekspolitasi ini berjalan terus tanpa lampu merah melalui regulasi yang dibuat oleh pihak kampus seakan membuat para mahasiswa merasa bahwa aturan ini harus dijalankan kalau masih mau kuliah, seolah ini adalah sebuah tekanan, kondisi seperti ini membuat mahasiswa kehilangan jati dirinya sebagai seorang intelektual yang mampu berpikir secara kritis sehingga mereka malah lebih menikmati ketertindasan dari pada bangkit untuk melawan, karna dalam pikiran mereka biaya kuliah mahal lebih baik kita cepat cepat wisudah dan setelah itu kita mencari pekerjaan, Mereka memproyeksi diri mereka untuk mendapat pekerjaan dimasa depan nanti setelah lulus kuliah, akhirnya mereka Lupa bahwa pendidikan seharusnya menjadi hak mereka malah terbalik dijadikan alat untuk mengekspolitasi.
Di kampus ada pemerannya ada yang jadi prompok dan ada yang jadi jagoan, ada yang jadi prampok tapi mengunakan stategi yang halus , yaitu:

  1. Mengekspolitasi biaya registrasi mahasiswa sampai wisudah.
  2. Proposal/Skripsi Mahasiswa dibuat oleh pihak kampus dengan syarat permahasiswa harus bayar tiga juta.
  3. Jadwal mata kuliah untuk sebagian dosen sudah di ekspolitasi.
  4. Pembohongan Pihak Kampus terhadap mahasiswa soal Ijazah dan Akriditas.

Apalagi status kampus dan jurusan yang belum terakreditasi maka rugilah mahasiswa selama kuliah empat Tahun tanpa memiliki Ijazah, dari pihak kampus dengan alasan ketika ditanya oleh mahasiswa tentang Ijazah dan akreditas bahwa Ijazah dan akreditas itu soal belakang yang terpenting wisudah dulu, apakah dengan alasan ini bisa diterimah oleh kalangan yang memliki akal sehat,? Kecuali orang yang berpikiran dungu yang bisa menerima.
Kalau kondisi kampusnya seperti ini karna gagal dikelolah oleh orang yang tidak bertanggung jawab lebih baik ditutup saja seperti nasib sebelas (11) kampus swasta di Jakarta tutup karena gagal kelolah dari pada merugikan mahasiswa dan masyarakat., apalagi minimnya mahasiswa, pengelolaanya bersifat konvesional dan sebagian dosen ada yang undur diri karna kecewa terhadap pihak kampus yang salah kelolah.
Maka oleh sebab Kampus bukan alat untuk diekspolitasi.

Labuha , Kamis, 20 Februari 2020