Menelaah Tipologi Korupsi Perkerabatan “Nepotistic Corruption”

Oleh: Ismid Usman, SH (Praktisi Hukum)

Korupsi merupakan tingkah laku menyimpang dari tugas resmi sebuah jabatan demi keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi, kerabat atau kroni.” Robert Klitgaard, Controlling Corruption (2005 :31)

Fenomena korupsi sebagai penyimpangan dalam kehidupan sosial, budaya, kemasyarakatan, dan kenegaraan. Konteks Indonesia Korupsi merupakan ancaman terhadap prinsip-prinsip demokrasi, korupsi biasa dikatakan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). korupsi di Indonesia telah menjamur diberbagai segi kehidupan. Dari instansi pemerintahan tingkat desa, daerah hingga pemerintahan pusat, hal demikian bisa dibilang korupsi sudah membudaya di Indonesia.

jika ditelaah secara Sosio historis, korupsi bermula sejak awal kehidupan manusia bermasyarakat, yakni pada tahap tatkala organisasi kemasyarakatan yang rumit mulai muncul. Manusia direpotkan oleh gejala korupsi paling tidak selama beberapa ribuan tahun. Intensitas korupsi berbeda-beda pada waktu dan tempat yang berlainan. Seperti gejala kemasyarakatan lainnya, korupsi bisa terjadi, banyak ditentukan oleh berbagai faktor.

Korupsi biasa dilihat dari perspektif kebudayaan. Secara teoritis dan praktis, relasi antara korupsi dan kebudayaan sangat kuat. Bahkan dalam prakteknya, korupsi terkait dengan unsur tradisi politik dinasti, hadiah, upeti, dan sistem kekerabatan (extended family). Korupsi agaknya akan tumbuh dalam masyarakat atau bangsa yang memiliki tradisi politik dinasti. Pasalnya dalam tradisi tersebut, sistem reporduksi kekuasaan yang primitif karena mengandalkan pertalian darah atau keturunan melibatkan hanya segelintir orang (nepotisme) dalam kekuasaan, yang mengabaikan peran publik.

Lewat tulisan ini penulis mencoba menyoroti terkait konsep korupsi. Dari segi tipologi korupsi perkerabatan (nepotistic corruption) yang kian kini marak terjadi dalam sebuah pemerintahan dibawah kekuasaan yang primitif karena mengandalkan pertalian darah atau keturunan melibatkan hanya segelintir orang (nepotisme) dalam kekuasaan, yang mengabaikan peran publik.

Hal tersebut, menurut Syed Hussain Alatas (Korupsi: Sifat, Sebab dan Fungsi, 1987 :X) Yang dimaksud dengan korupsi perkerabatan (nepotistic corruption) yaitu penunjukan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan yang mengutamakan, dalam bentuk uang atau bentuk lain, secara bertantangan dengan norma dan peraturan yang berlaku. Hal demikian sehingga menurut penulis, disebabkan perubahan pola pemerintahan yang tersentralisasi menjadi terdesentralisasi dengan adanya otonomi daerah telah mengeser praktik korupsi yang dahuluhanya didominasi oleh pemerintahan pusat kini menjadi marak terjadi di daerah, sebab korupsi mengikuti kekuasaan.

Sifat, Sebab dan Fungsi

Pada intinya korupsi adalah perwujudan immoral dari dorongan untuk memperoleh sesuatu dengan metode pencurian dan dan penipuan, dalam bentuknya yang bersifat memaksa.

Tindakan korupsi perkerabatan “Nepotistic Corruption” ini sering terjadi di sebabkan oleh faktor pengaruh politik dalam sistem pemerintahan yang nepotisme terlalu tinggi, penyalahgunaan kekuasaan/wewenang, mengunakan kesempatan sehingga berpotensi melakukan korupsi. Korupsi model ini sering melibatkan sanak saudara/pertalian darah dalam satu instansi/lembaga pemerintahan.

Monopoli kekuatan oleh pimpinan (monopoly of power) ditambah dengan tingginya kekuasaan yang dimiliki seseorang tanpa ada pengawasan yang memadai dari aparat pengawas maka akan terjadi korupsi. Sedangkan, sistem kekerabatan ikut mendorong nepotisme tersebut, sehingga potensi terjadinya praktek korupsi sangat mendominan.

Lemahnya kontrol pengawasan internal pemerintahan, tidak konsisten, penegakan hukum hanya sebagai make up politik, dapat diketahui hukum sendiri banyak kelemahan dalam mengatasi suatu masalah, sudah terbukti bahwa banyak praktek suap menyuap lembaga hukum terjadi dalam mengatasi suatu masalah, sehingga dalam hal tersebut dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangat lah mungkin terjadi karena banyaknya kelemahan dalam sebuah hukum yang mendiskriminasi sebuah masalah. “hukum tumpul keatas tajam kebawah”

Dampak Korupsi Perkerabatan
Apabila korupsi sudah terjadi maka akan berdampak pada berbagai sektor lini kehidupan didaerah, yaitu lambatnya perteumbuhan ekonomi dan investasi baik berskala nasional maupun daerah, Produktifitas menurun, kualitas barang dan jasa menjadi rendah, pendapatan negara sector pajak menurun, harga jasa dan pelayanan public lebih mahal, pengentasan kemiskinan rakyat menjadi lambat, fungsi pemerintahan tidak berjalan dengan baik, akses bagi masyarakat sangat terbatas, hilangnya kepercayaan publik terhadap demokrasi dan kedaulatan rakyat didaerah hancur.

Cara Mengatasi Korupsi Perkerabatan Nepotistic Corruption

Cara yang bias dilakukan dalam mengatasi Korupsi Perkerabatan (Nepotistic Corruption) yaitu, dengan cara strategi preventif, menghilangkan atau meminimalkan faktor penyebab atau peluang terjadinya korupsi Perkerabatan, dapat dilakukan dengan penyempurnaan manejemen sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan kesejahteraan pegawai negeri. Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen pengawasan internal pemerintahan.

Strategi represif, diarahkan untuk menengani atau memproses potensi terjadinya korupsi Perkerabatan dapat dilakukan dengan cara, memutus mata rantai sistem pemerintahan yang primitif (nepotisme) sebab menurut penulis praktek nepotisme dalam sistem pemerintahan acapkali berpotensi terjadinya korupsi secara terstruktur sistematis dan masif. Selanjutnya perbaikan sistem internal pengawasan pemerintahan. Guna untuk menciptakan kondisifitas secara intensif.

Membongkar Tabir Gaib Angka 9

Oleh: Andri Sudin

Kita ketahui secara bersama dalam angka matematik terdapat sepuluh angka, namun angkah sepuluh telah terjadi gabungan antara satu dengan nol. di mulai dengan angka satu kemudian di akhiri dengan angka sepuluh. setiap angkah yang besar merupakan hasil dari penjumlahan dari angka satu dua tiga dan seterusnya Kemudian menghasilkan sampai pada angka ratusan hingga ribuan.

Dari ke sepuluh angka tersebut masing-masing memiliki rahasia atau angka gaib tersendiri, akan tetapi Berbedah dengan angka 9 Makna angka 9 menurut primbon Jawa atau kitab warisan leluhur Jawa, memiliki sifat uranus, penyayang, perhatian, pandai bergaul. Sedangkan karakter angka 9 melambangkan mars, di pandang sebagai angka puncak dengan makna khusus bahkan suci.

Dalam angka matematik 9 Bisah di katakan sebagai angka yang besar dari angka yang lainnya, bisah juga di katakan 9 merupakan angka terbaik dari sekian angka. dan jika angka 9 di telusuri lebih jauh betapa banyaknya kita akan menemukan simbol-simbol 9 dalam peninggalan-peninggalan sejarah. Misalnya Rasul dengan ke empat para sahabatnya, Abu bakar As-siddik, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Kemudian empat imam besar yakni imam Hanbali, Maliki, Safi’i dan Hanafi. Jika di gabungkan akan menjadi 9.

Begitu pulah dengan 9 pemukah pendakwah Islam di Nusantara, dalam bahasa Jawa di sebut dengan Wali sangah atau sembilan walih. Mulai dari sunan giring, sunan Bonang, sunan Gunung jati, sunan kali jaga dan lain-lain. Selain itu Nama Nusantara juga memiliki angka 9 bahkan Nusantara di ketahui sebagai wilayah yang memiliki banyak kerajaan pada masa Hindu Budha. Hampir kita temukan separuh dari kerajaan-kerajaan tersebut terdapat angka 9 di dalamnya. seperti nama kerajaan Gaja madah angka 9 Maja pahit angka 9 Singosari angaka 9 Sriwijaya angka 9 kalinggah angka 9 dan bahkan indonesia angka 9 Pancasila angka 9 serta UUD 45 pun angka 9. 4+5=9.

Apa mungkin ini hanyalah secara kebetulan? atau kah ini merupakan petunjuk bahwa angka 9 adalah angka yang terbaik, sepertih di sebutkan dalam kitab warisan leluhur jawa bahwa angka 9 akan mempengaruhi keberanian dan rasa persaudaraan di antara angka yang lain.
(Wallahu a’lam)

Dua Macam Kepemimpinan

Oleh: Irfandi Mustafa
Pengurus Cabang PMII Ternate

(Pemikiran Fritjof Capra-The Hidden Connections)

Menemukan keseimbangan yang tepat antara desain dan kemunculan spontan tampaknya memerlukan pencampuran dua macam kepemimpinan yang berbeda. Gagasan tradisional mengenai pemimpin adalah orang yang dapat mempertahan suatu visi, meyatakannya dengan jelas, dan mengkomunikasikannya dengan penuh semangat serta karisma. Pemimpin juga adalah orang yang tindakan – tindakannya mewujudkan nilai nilai tertentu yang menjadi patokan bagi orang lain. Kemampuan untuk memiliki suatu visi yang jelas akan suatu bentuk atau keadaan ideal adalah suatu sifat pemimpin tradisional yang serupa dengan desainer.

Kepemimpinan yang satunya terdiri dari memberi kemudahan bagi munculnya pembaharuan. Hal ini berarti menciptakan kondisi, bukan memberi arahan, dan menggunakan kekuatan otoritas untuk memberi kuasa bagi yang lain. Kedua ,acam kepemimpinan berhubungan dengan kriativitas. Menjadi pemimpin berarti menciptakan suatu visi, pergi tempat – tempat yang belum pernah di datangi sebelumnya. Menjadi pemimpin juga berarti memungkinkan masyarakat secara keseluruhan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Memudahkan kemunculan spontan berarti memudahkan kreativitas.

Visi adalah pusat keberhasilan apa pun, karena semua manusia perlu merasa bahwa tindakan – tindakan mereka bermakna dan ditujukan untuk cita – cita tertentu. Pada tiap tingkat organisasi, orang memerlukan kepekaan untuk mengetahui kemana mereka bergerak. Suatu visi adalah citra mental bagi suatu yang ingin kita capai, tetapi visi jauh lebih kompleks daripada tujuan – tujuan konkret dan cenderung tidak bisa di ekspresikan secara biasa dan rasional. Tujuan bisa diukur, sedangkan visi bersifat kualitatif dan lebih tidak nyata.

Kapan saja kita perlu mengekspresikan citra yang kompleks dan halus, kita menggunakan metador, hingga tidaklah mengagetkan bila metafor berperan penting dalam merumuskan visi suatu organisasi. Seringkali, visi tetap tidak jelas jika kita mencoba menjelaskannya, tetapi tiba – tiba menjadi jelas bila kita menemukan metafor yang tepat. Kemampuan untuk mengekspresikan suatu visi dalam metafor menjelaskan sedemikian rupa sehingga dipahami dan di terima oleh semuanya, adalah kualitas pokok kepemimpinan.

Untuk memudahkan kemunculan spontan sepenuhnya, para pemimpin komunitas perlu mengenali dan memahami berbagai tahapan proses dasar kehidupan tersebut. Seperti telah kita lihat, kemunculan spontan memerlukan suatu jaringan komunikasi aktif denga banyak lingkaran umpan balik. Pertama – tama, memudahkan kemunculan spontan berarti membangun dan memelihara jaringan – jaringan komunikasi untuk ‘menghubungkan sistem dengan dirinya sendiri’ sebagaimana yang dikatakan oleh Wheatley dan Kellner-Rogers.

Selain itu, kita perlu mengingat bahwa munculnya pembaharuan adalah sifat sistem terbuka, yang berarti bahwa organisasi perlu terbuka terhadap gagasan dan pengetahuan baru. Memudahkan kemunculan spontan juga mencakup menciptakan keterbukaan yaitu suatu budaya pembelajar dimana pertanyaan yang tidak henti – hentinya dianjurkan dan inovasi dihargai. Organisasi yang memiliki keragaman nilai budaya dan dalam kata – kata Arie de Geus, ‘metoleransi aktivitas – aktivitas perbatasan: eksperimen dan eksentrisitas yang memperluas pemahaman mereka.

Seringkali para pemimpin mengalami kesukaran dan membentuk lingkaran – lingkaran umpan balik yang meningkatkan keterhubungan dalam organisasi. Mereka cenderung bolak balik tersangkut pada orang – orang yang sama dan biasanya paling berkuasa dalam organisasi, seringkali menolak perubahan. Selain itu, para eksklusif puncak sering merasa bahwa permasalahan – permasalahan sensitif tertentu tidak bisa dipertanyakan secara terbuka. Hal ini sering disebabkan oleh tradisi dan sejarah masa lalu organisasinya.

Pengalaman ketidakstabilan kritis yang mendahului timbulnya pembaharuan mungkin mencakup ketidakmenentuan, ketakutan, kebingungan, atau keraguan atas diri sendiri. Pemimpin yang berpengalaman mengenali emosi – emosi tersebut sebagai bagian integral keseluhan dinamika organiasi akan menciptakan iklim saling percaya dan saling mendukung.

Pemimpin yang baik akan memberitahu anak buahnya secara terbuka, mengenai aspek perubahan apa yang sudah dipastikan dan apa yang masih belum pasti. Mereka akan membuat prosesnya transparan, walau hasilnya tidak bisa diketahui sebelumnya. Selama proses perubahan sebagian struktur lama mungkin runtuh, tetapi bila iklim saling mendukung dan lingkaran umpan balik dalam jaringan komunikasi bisa bertahan, besar kemungkinannya akan timbul struktur – struktur baru dan lebi bermakna. Bila hal itu terjadi, orang – orang sering merasa takjub dan gembira, dan saat itu peran pemimpin adalah mengakui emosi – emosi tersebut dan memberi kesempatan untuk merayakannya.

Terakhir para pemimpin perlu dapat mengenali pembaharuan hasil kemunculan spontan, memahaminya, dan memasukkannya ke dalam desain organisasi. Akan tetapi, tidak semua solusi kemunculan spontan itu harus juga mencakup kebebasan untuk membuat kesalahan. Pada budaya seperti itu, ekperimen di anjurkan dan pembelajaran dihargai sebagaimana keberhasilan. Karena kekuasaan terwujud dalam semua stuktur sosial, maka munculnya struktu – struktur baru selalu mengubah relasi kekuasaan dimana proses kemunculan spontan dalam komunikasi juga merupakan proses pemberian kekuasaan kolektif. Pemimpin yang memudahkan kemunculan spontan menggunakan kekuasaan mereka sendiri untuk memberi kekuasaan pada orang lain. Mungkin hasilnya adalah organisasi yang kekuasaan maupun potensi kepemimpinannya tersebar luas. Ini bukan berarti bahwa beberapa individu memegang tampuk kepemimpinan secara bersamaan, tetapi bahwa bermacam – macam pemimpinlah yang melangkah maju bila mereka diperlukan untuk memudahkan berbagai tahap kemunculan spontan. Pengalaman telah menunjukan bahwa biasanya butuh bertahun – tahun untuk membangun kepemimpinan terdistribusi semacam ini.

Siruasi berbeda akan memerlukan tipe kepemimpinan yang berbeda – beda pula. Terkadang, harus dibangun jaringan dan lingkaran umpan balik informal; pada lain waktu orang akan perlu kerangka kerja yang kuat dengan tujuan dengan mengatur waktu yang pasti bagi mereka untuk mengorganisasikan diri. Pemimpin yang berpengalaman akan mengevalusi situasi, memegang komando bila perlu, namun tetap cukup fleksibel untuk melepasnya, jelaslah bahwa kepemimpian seperti itu memerlukan berbagai kecakapan, sehingga memungkinkan berbagai jalur tindakan.

Pesan Terbuka Untuk Gubernur Malut dan Bupati Halsel

kepada Yth.  Gubernur Maluku Utara dan Bupati Halmahera Selatan.

Dengan adanya perpanjangan darurat Covid-19 dari tanggal, 30 Maret sampai dengan 19 April, maka kami mahasiswa se Maluku Utara tidak lain adalah masyarakat bapak yang sedang menuntut ilmu di rantau orang. ( Di Jakarta) dalam keadaan ekonomi semakin terburuk lebih khusus bagi kami yang punya orang tua sebagai petani, buru, nelayan dan lainnya.

Himbauan pemerintah pusat untuk stay at home merupakan langkah yang tepat demi keselamatan kita bersama,namun satu hal yang membuat bagi mahasiswa  asal Obi bahkan Se Maluku Utara yang ada di Jakarta lebih khusus bagi kami yang berlatar belakang ekonomi lemah sangat prihatin  disebabkan aktifitas orang tua kami sebagai petani lumpuh total. Ada beberapa  hal yang kami kemukakan melalui surat terbuka ini terkait dengan lumpuhnya aktifitas mereka yakni :

  1. Taat pada himbauan pemerintah agar tetap stay at home
  2. Jalur transportasi laut dari Kabupaten Ke Kecamatan hingga ke desa desa untuk sementara ini tidak bisa beroperasi sehingga perputaran ekonomi pun lumpuh total.
  3. Kalaupun orang tua kami punya berkat, namun tetap punya kesulitan mengirim uang disebabkan di desa desa tidak memiliki fasilitas untuk pengiriman uang.

Dari ketiga poin diatas benar benar membuat hidup kami semakin menderita sebab sudah satu minggu ini kami tidak bisa keluar untuk membeli kebutuhan sehari hari, warung-warung pun di sekitar kontrakan kami pada tutup semua. Oleh sebab kami sangat mengharapkan sentuhan uluran tangan dari Pemerintah Provinsi Maluku Utara lebih khusus pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan untuk meringankan beban orang tua kami bahkan bisa menyelamatkan kami dari kelaparan. Orang tua kami tinggal di pelosok pelosok desa sudah tentunya bisa memakan ubi jalar, ubi kayu,pisang dan lainnya tapi kami disini benar-benar kehabisan stok makanan.

Bapak Gubernur dan Bapak Bupati Halmahera selatan yang terhormat, kecemasan dan ketakutan kami sangat kompleks oleh karena itu kami datang melalui surat ini memohon dengan kerendahan hati agar Bapak Gubernur dan Bupati Halmahera Selatan mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan dari kelaparan.

Kami sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah Provinsi lebih khusus pemerintah daerah kabupaten Halmahera selatan agar secepatnya mengambil langkah karena sebagian teman teman mahasiswa sementara bertahan dengan hanya meminum air termasuk kami mahasiswa OBI.

Kami sangat yakin pemerintah Maluku Utara, Halmahera Selatan lebih memahami teknisnya untuk menyalurkan bantuan makanan. Kami mahasiswa OBI  menyarnkan kepada pemerintah daerah kabupaten Halmahera Selatan agar bisa membangun komunikasi dengan PT.Harita agar mereka bisa membantu berupa makanan dan lainnya secepatnya. Kami sungguh meyakininya pemerintah Maluku Utara, Kab.Halmehera Selatan tidak mengharapkan masyarakatnya mati dengan kelaparan

kepedulian bagi kami yang di rantau..kami pastikan hari ini yang kami rasahkan di jakarta,tentu dirasahkan juga bagi mahasiswa halsel di kota lain.dan kami butu sentuhan pemerintah agar mengirim kami entah berupa uang atau sembako, hal ini cukup bagi kami bertahan hidup    seperti kami yang di Jakarta sekali lagi tolong pemerintah bijaki sebab ini darurat nasional.

Tak lupa juga kami meminta bantuan kepada anggota DPRD dapil Obi lebih khusus pada kaka kami yang tercinta Bapak Nikolaus Kurama untuk bisa menyampaikan keluhan kami mahasiswa Obi terhadap pemerintah daerah Kab. Halsel. Demikian ungkapan hati mahasiswa Maluku Utara( Halmahera Selatan) yang kami kemukakan melalui surat terbuka ini,  kami ucapkan banyak terima kasih

Salam kami yang berjuang di Jakarta
bill Clinton totononu

Teknologi Informasi Biometrik, Nirmiliter Lanjutan Setelah Corona. Indonesia Bisa Apa?

Oleh: Yardi Harun (Ketua Umum PMII Cabang Minahasa 2013-2014)

Bicara Teknologi Informasi Biometrik memang masih terasa asing bagi kalangan masyarakat awam tetapi disebagian kalangan tertentu semisal aktivis, akademisi dan pegiat geopolitik, isu seperti ini menarik untuk eksplorasi untuk kepentingan pengetahuan dan strategi negara.

Teknologi informasi biometrik biasanya digunakan dalam dunia intelijen untuk mengawasi setiap aktifitas warga yang berpotensi mengancam stabilitas sosial bahkan negara. Dalam dunia teknologi informasi, biometrik relevan dengan teknologi yang digunakan untuk menganalisis fisik dan kelakuan manusia dalam autentifikasi.

Apa yang dilakukan hari ini oleh China dalam menyelesaikan penyebaran covid-19 salah satunya mengandalkan alat biometrik yang dimilikinya. Respons Israel atas situasi penyebaran covid-19 ini hampir kurang lebih sama dengan China, hanya pendekatan teknologi pengawasan yang digunakan Israel sebelumnya berbeda dimana diperuntukan untuk memerangi teroris.

Kabar baik dari penggunaan teknologi informasi biometrik salah satunya adalah upaya tanggap secara cepat dan memperkecil angka kematian manusia akibat virus dan wabah sejenisnya. Kabar buruknya negara bisa mengintervensi privasi seseorang termasuk mengendalikan alam bawah sadar, mungkin!

Parahnya lagi, dunia dalam kondisi multipolar negara-negara Superpower seperti Rusia, China dan Amarika berlomba-lomba menunjukan kekuatan nirmiliter dengan menggunakan teknologi infomasi biometrik yang mereka ciptakan dan dijual dikemudian hari di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, apa yang terjadi selanjutnya? ketergantungan akan semakin kuat dan penduduk bisa dikendalikan cara berpikirnya termasuk negara. Ini harus diperhitungkan dengan matang karena berkonsekuensi buruk bagi rakyat Indonesia ketika negara abai terhadap keselamatan warga negara dan kepentingan nasional.

Teknologi informasi biometrik mampu menganalisis fisik dan kelakuan manusia bisa saja punya kemampuan membaca riwayat penyakit bawaan, ini potensi pembantai masal yang masif seperti ketidakmampuan italia membendung penyebaran Covid-19 dan memakan korban jiwa. Hal diatas bisa saja terjadi disemua negara apabila China dan Amerika terus melakukan perang dengan senjata biologi memodifikasi virus baru mematikan yang menyasar penyakit bawaan diatas terhadap penduduk atau suatu negara yang dianggap bukan sekutu. Tentu ini menjadi ancaman untuk umat manusia bukan hanya Indonesia.

Bagaimana dengan Indonesia hari ini, apakah punya alat sejenis biometrik menekan penyebaran corona ? Rasa-rasanya tidak, angka statistik terpapar dan positif corona semakin meningkat dan tidak terkendali, Pada Senin kemarin (30/03) terdapat 129 kasus baru positif corona sehingga jumlah total menjadi 1.414 kasus. Dari 1.414 pasien tersebut, 75 orang yang dinyatakan telah sembuh sementara mereka yang meninggal dunia mencapai 122 orang, peringkat ke-2 di dunia korban meninggal terpapar corona setelah italia.

Dengan teknologi yang terbatas, segala upaya pemerintah dengan menekan penyebaran covid-19 nampaknya kurang berhasil sampai akhirnya mengambil keputusan menaikan status darurat sipil yang bisa berpotensi konflik ditengah masyarakat. Benar yang disampaikan Pengamat hukum Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Muhtar Said yang heran dengan rencana digulirkan oleh pemerintahan Joko Widodo, lebih baik pemerintah pusat menggunakan Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan (UU 6/2018). Ia meyakini dengan menggunakan UU Kekarantinaan Kesehatan sudah efektif untuk menanggulangi wabah Covid-19.

Dengan pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan sosial secara besar disertai dengan darurat sipil akan berpotensi membatasi media dan bisa juga mengarah ke larangan menggunakan peralatan telekomunikasi. Bagaimana dengan orang-orang yang tinggal dipelosok desa yang diduga terpapar covid-19 dan tidak punya sama sekali akses jaringan telekomunikasi? Apakah kematian mereka nanti hanya dianggap sebagai angka-angka statistik. Bayangan saya bila akumulasi situasi terjadi akan terjadi chaos, ketika chaos status akan ditingkatkan menjadi darurat militer, potensi negara menjadi otoriter.

Sumber :

Sebuah Dunia Setelah Corona, Yuval Noah Harari, penulis buku ‘’Sapiens”, ‘’Homo Deus” dan ‘’21 Lessons for the 21st Century’’)
The Financial Times 21/3/2020.