Negeri Penuh Bencana

Oleh: Warasul Ansar S.Hut (Aktivis HMI Ternate)

Kondisi dunia yang sedang dilanda krisis global dan ketidakpastian terasa pula dampaknya pada krisis finansial di dalam negeri, bercermin pada tahun lalu munurunnya pertumbuhan ekonomi negara kita di tahun 2008-2009. Di sisi lain tak kalah pentingnya adalah gejala alam yang juga tidak berhenti terjadi di bumi pertiwi ini, menambah pederitaan panjang bagi rakyat dan menambah ekstra tugas penyelenggara Negara. Oeleh karena itu, marilah kita sama-sama menengok ke belakang. Belum sempat konsolidasi membangun perekonomian, ternyata sudah di repotkan lagi menangani kondisi konflik internal yang terjadi di dalam negeri dan menanggulangi bencana alam yang datang bertubi-tubi seolah-olah tidak pernah berhenti menerpa negeri ini.

Gejala alam telah memberikan perhatian kepada kita dengan berbagai “tanda” yang datang silih berganti. Bahkan, bendungan situ gintung jebol ketika fajar, pada saat orang-orang tidur lelap di akhir bulan maret menjelang pemilu legislatif tahun 2009. Menjelang salah satu pesta demokrasi pencarian kader-kader pemimpin bangsa. Jebolnya situ gintung perlu menjadi bahan renungan kita, mengapa bencana terjadi di sana, sejalan dengan alunan lagu “Ebit G Ade”.

Di tahun 2009 tanggal 2 September Gempa Tasikmalaya bergetar hingga Bali dan Jakarta sekitar pukul 14.55 WIB dengan 7,3 skala Richer. Bencana yang membuat hati kita prihatin dan menangis sedih karena ratusan sarana ibadah serta sekolah rusak dan terjadi saat bulan Ramadhan.

Dibalik musibah memang ada hikmahnya, karena Tuhan memberi kesempatan kepada sesama untuk menolong saudaranya yang sedang dalam kesusahan dengan pahala yang berlipat ganda. Belum pupus dari ingatan kita, terjadi gempa dan tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu, yang menelan ratusan ribu jiwa, terjadi pula musibah yang selalu menerpa negeri ini dengan berbagai macam, yaitu tenggelamnya kapal Verry di Danau Toba tanggal 29 juli 2018, dan terjadi pula Gempa di Lombok pada akhir bulan tanggal 29 Juli 2018 sekitar pukul 18,16 WIB dengan kekuatan 7,4 skala Richer. Dan telah mengguncangkan dan melululantahkan kota Lombok dan sekitarnya. Tidak hampa bangunan yang luluh lantak, tetapi bnyak hati yang hancur dengan gelora kepedihan.

Belum selesai trauma yang dirasakan akibat gempa di Lombok, ternyata pada 28 September 2018 terjadi pula gempa dan tsunami di Palu dan Donggala yang telah melahap banyak korban. Di susul lagi jatuhnya pesawat Lion Air Jt 610 tanggal 29 oktober 2018 yang juga menelan banyak korban yang tak berdaya. 

Musibah Tahun 2018 belum berakhir karena tanggal 22 Desember 2018, gempa dan tsunami kembali terjadi di Banten dan telah memenuhi janjinya pada saat malam hari, telah menggulung pantai Banten yang meranggut ratusan nyawa dan menyisahkan duka karena banyak yang kehilangan senak famili dan tempat tinggalnya. Kalau suda ketetapan Allah, tidak ada satu pun juru kunci yang yang sanggup menahan kuatnya Gempa dan naiknya air laut yang melahap semua yang ada di depannya.

Tahun 2018 sampai masuk 2019 tidak pernah sepi dari bencana terutama yang berkaitan dengan banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung, dan gelombang pasang (hidrometeorologi) yang memakan korban jiwa dan kerugian material masyarakat Indonesia.

Belum lagi usai kini musibah mulai kedatangan yang bernama corona virus atau covid 19 yang menalan ribuan bahkan juataan ribu manusia.

Bencana alam bukan mengikuti ritme pesta Demokrasi negeri ini, tetapi kita harus waspada sepanjang pesta  2019-2024, dan seterusnya. Karena, kalau terus terjadi perusakan hutan dan belum berhasil menanam dan memperbaiki hutan kita, maka musibah hidrimeteologi tetap akan terjadi.

“Pengunduluan hutan pada hakikatnya adalah membocorkan kapal yang ditumpangi bersama dan menunggu waktu kapan kapal akan tenggelam dengan segala isisnya”. Pada saat itu pula seluruh penumpang dan awak kapal melompat terjun karena berlomba-lomba igin menyelamatkan diri dengan berenang di laut lepas yang penuh dengan keganasan.

Membuang sampah sembarangan pada dasarnya adalah menyiapkan sumbatan di saluran air yang seharusnya senantiasa terbuka dan mengalir lancar. Sehingga, tidak menimbulkan bencana banjir dan sumber penyakit di mana-mana. Kesadaran terhadap pentingnya kebersihan lingkungan tidak di mulai dengan pembelajaran membersihkan diri melalui penyucian hati. Jangan sampai sapu kotor dijadikan pembersih rumah.

Kalau kita yakin adanya kekuasaan yang Maha Kuasa, tentun banyak hikmah yang tersembunyi berada di balik setiap kejadian-kejadian yang selalu menerpa negeri ini. Namun hanya sedikit orang yang memahami sesuatu yang tersembunyi tadi. Betul-betul negeri yang elok ini, tiada henti mengalami musibah dan ujian melalui proses kekuatan alam, sebagai manifestasi kekuatan sang khalik. Kita senantisa bertanya. mengapa negeri yang elok ini selalu terjadi bencana?  

Berbagai tanda datang silih berganti, tetapi belum sepenuhnya memberikan dan membuahkan kesadaran kepada kita semua mengenai arti kehidupan. Masih banyak orang-orang yang tidak takut  berbuat dosa, barangkali berharap dapat bertobat suatu hari kelak. Mengubur orang yang mati hanyalah sebatas ritual keagamaan dan partisipasi pergaulan sosial kemasyarakatan saja, tetapi tidak mampu mengambil iktibar dri semua kejadian tersebut, seakan-akan masi terbuka kesempatan untuk menjalani hidup di dunia ini seribu tahun lagi.

Apakah karena kita memahami bahwa pintu tobat senantiasa terbuka sehingga menundanya sampai suatu saat matahari terbit dari arah Barat? Inikah yang menjadi penyebab bencana yang tak pernah berhenti. Padahal, “tiada gugur daun sehelai pun ke bumi tanpa seizin Allah”. Konon lagi ribuan bahkan ratusan ribu saudara kita harus mengalami nasib tragis, tertimbun dan terkubur dalam lumpur laut, reruntuhnya puing bangunan dan timbunan tanah yang lonsor. Mari kita renungkan mengapa bencana-bencana masih selalu terjadi di negeri ini?

Musibah demi musibah dalam berbagai bentuk datang dan silih berganti di berbagai daerah. Namun, perlu kita yakini bahwa hal tersebut merupakan wujud kasih sayang dari sang pencipta karena hanya sebagai peringan bagi orang-orang yang mau berpikir. Jangan sampai azab Tuhan berlaku ditimpa kepada seluruh penduduk negeri ini karena ulah para pemimpin yang tidak amanah.

Apakah masih ada masalah lain lagi yang tidak kita ketehui sehingga membuat-Nya murka yang dimanefestasikan dengan kemurkaan alam? Mungkin masih banyak diantara kita yang membagi cinta selain kepada-Nya? Meminta kepada selain-Nya? Cinta kepada Allah adalah sesuatu yang sakral dan tidak dapat di bagi dengan yang lain dalam bentuk apapun. Manakala cinta suda terbagi selain kepada sang pencipta atau terhadap zat lain maka bukan ujian lagi yang di datangkan oleh-Nya, melainkan ditirinkan azab secara menyeluruh yang tidak membedakan terhadap siapa yang beriman dan yang ingkar serta siapa pimpinan dan siapa bawahan.

Tugas pemimpin dan kita semua untuk melakukan perubahan keyakinan masa lalu. Sehingga, tidak ada lagi kepala kerbau di tanam secara mubazir dan sia-sia. Kalau kita semua merasa bersalah terhadap negeri ini dan bersama-sama mau mengakui kekhilafan dengan melakukan tobat nasuha kepada Allah serta mau memperbaiki diri dengan nasihat kebenaran, sesuai janji-Nya “pasti” bencana tersebut tidak akan datang berulang-ulang seperti yang di alami sekarang ini. Kerusakan di bumi ini tidak lain dikarenakan ulah tangan manusia juga. Ketidak mampuan mencegahnya karena kita tidak memiliki kekuasaan yang kuat untuk mengubahnya dan hanya mampu menolak dengan hati untuk menghentikannya. Itulah yang banyak dimiliki umat dan merupakan tingkat selamah-lemahnya iman kita.

Walaupun secara ilmu pengetahuan, wilayah Indonesia berada dalam bentangan garis potensi terjadi bencana alam, tetapi pada hakikatnya “Dia” yang mengatur alam jagat raya ini. Sesuatu contoh yang ilmiah, apabila seseorang yang mampu menciptakan sebuah “Robot” yang memiliki kekuatan dan kemampuan yang menghancurkan, pastilah mampu menghentikan robot tersebut sesuai dengan kehendak pembuatnya. Bencana alam yang timbul tidak terlepas dari energi negatif  yang ditimbulkan oleh tangan manusia sendiri, termasuk juga dalam melaksanakan pesta Demokrasi perlu juga memerhatikan syariat, jangan sampai melanggar ketentuan hukum Allah SWT.

Ekologi Manusia : Interaksi Manusia dengan Lingkungan Hidupnya

Oleh: Irfandi Mustafa

“Kekafiran seseorang tercermin dari perilaku jahatnya pada alam; baik kejahatan material seperti merusak lingkungan, mencuri hasil hutan (illegal logging), dan segala jenis perusakan di muka bumi; maupun kejahatan moral, semisal menuruti hawa nafsu, berbuat zalim, melanggar perjanjian, manipulasi data, dan lain – lain” (GUSDUR).

Manusia, seperti halnya semua makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya ia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia seperti apa adanya, yaitu fenotipenya, terbentuk oleh interaksi antara genotipe dan lingkungan hidupnya. Genotipe itupun tidak konstan, melainkan terus menerus mengalami perubahan karena adanya mutasi pada gen dalam khromosomnya,baik mutasi spontan maupun mutasi karena pengaruh lingkungan. Dengan demikian walaupun manusia hanya terdiri atas satu jenis, yaitu Homosapiens, namun keanekaan genotipenya sanglah besar. Seperti halnya secara umum terdapat pada jenis makhluk hidup lainnya, keanekaan genotipe itu terdapat pula pada nenek moyang manusia. Dengan adanya keanekaan ini terbukalah peluang luas untuk terjadilah seleksi. Sebagian seleksi itu terjadi melalui faktor alam, sebagian lagi melalui kekuatan sosial-budaya. Dalam proses seleksi ini individu yang tidak sesuai dengan lingkungannya mendesak, meninggal atau kesempatanuntuk memproduksi diri terbatas. Sebaliknya individu yang sesuai atau dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya berkembang. Terjadilah evolusi manusia dari nenek moyangnya, Australopitheus africanus, menjadi manusia modern Homo sapiens. Nampaknya manusia modern terbentuk oleh lingkungan hidupnya dan sebaliknya manusia modern membentuk lingkungan hidupnya. Manusia tak dapat berdiri sendiri di luar lingkungan hidupnya. Membicarakan manusia harus pula membicarakan lingkungan hidupnya. Manusia tanpa lingkungan hidupnya adalah abstraksi belaka.

Dari uraian singkat saya tersebut nampaklah, manusia tergantung pada lingkungan hidupnya. Kelangsungan hidupnya hanya mungkin dalam batas kemampuannya untuk menyesuaikan dirinya terhadap sifat lingkungan hidupnya. Batas ini ditentukan oleh proses seleksi selama jutaan tahun dalam evolusi manusia. Manakala terjadi perubahan dalam sifat lingkungan hidupnya di luar batas tersebut, baik perubahan alamiah maupun perubahan yang disebabkan oleh aktivitas hidupnya, kelangsungan hidup manusia akan terancam.

Ciri khas manusia yang berbudaya ialah bahwa ia beragama. Agama membentuk pandangan hidup manusia. Di samping itu proses interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya, juga sangat mempengaruhi pandangan hidup manusia. Ia mengamati lingkungan hidupnya dan ia belajar dari pengalaman interaksi itu. Ia menyusun citra tentang lingkungan hidupnya, yaitu gambaran yang ia miliki tentang sifat lingkungan hidupnya, pengaruh lingkungan hidup terhadap dirinya dan reaksi lingkungan hidupnya terhadap aktivitas hidupnya. Citra ini tidaklah sempurna, dalam arti tidak sesuai benar dengan kenyataan yang ada. Karena ketidaksempurnaan ini citra tersebut dari waktu ke waktu mengalami perubahan untuk disesuaikan dengan pendapat yang dianggap lebih mendekati kebenaran. Misalnya, dulu citra tentang bumi adalah datar seperti meja. Citra ini kemudian diubah: bumi adalah bulat. Dulu dianggap matahari mengelilingi bumi, kini kita percaya bumilah yang mengelilingi matahari. Citra lingkungan menjadi panduan. Antara lain dalam pelayaran yang tradisional tanpa kompas sampai pada penjelajah ruang angkasa dengan peralatan yang sangat canggih; kalender aktivitas dalam pertanian yang didasarkan pada tradisi sampai pada didasarkan pada prakiraan cuaca dan iklim modern.

Citra, atau dalam istilah yang kini banyak digunakan “model”, sangat dipengaruhi oleh filsafat masyarakat yang membentuk model tersebut. di dunia barat, sejak zaman filsafat Yunani sebelum tarikh Masehi, para pakar filsafat dalam usahanya untuk mencari jawaban tentang, antara lain, alam semesta, mengambil jarak antara dirinya dan obyek yang ditelitinya. Peneliti sebagai subyek dan alam semesta sebagai obyek penelitian terpisah. Pemisahan diri subyek peneliti dari obyek penelitinya membuat si peneliti mejadi lebih obyektif dan membuka peluang berkembangnya ilmu seperti kita kenal di dunia barat. Dengan pemisahan diri itu, walaupun secara ekologik manusia adalah bagian dari lingkungannya, namun ia merasa terpisah dari lingkungannya itu. Lingkungannya ialah sumber daya yang diciptakan untuk kepentingannya dan karena itu ada untuk di eksploitasinya (Serakaaaaaaaaah).

Dalam penelitian AMDALdi Indonesia, terutama di daerah pedesaan, kita akan sering berhadapan dengan citra lingkungan tradisional. Dalam citra lingkungan yang umum terdapat di dunia timur, termasuk di Indonesia, subyek tidak memisahkan diri dari obyek penelitiannya. Namun manusia dapat memisahkan dirinya dari lingkungan biofisiknya. Ada garis batas yang jelas antara manusia dan hewan, tumbuhan, batu, sungai dan gunung. Akan tetapi walaupun ada batas yang nyata antara manusia dengan sistem biofisik, manusia merasa ada hubungan fungsional antara dirinya dengan sistem biofisik yang menjalin manusia dan biofisik menjadi satu kesatuan sosio-biofisik. Ekosistem sosio-biofisik ini selanjutnya merupakan bagian kesatuan yang lebih besar, yaitu kosmos. Pandangan tradisional orang Maluku Utara tentang kedudukan dirinya dalam kosmos dapatlah diambil sebagai contoh. Hidding pernah berkata: “Manusia adalah bagian dalam dan dari satu kesatuan besar. Sebagai bagian kesatuan besar itu di dalam dirinya pada prinsipnya terletak pula kekuatan hidup kesatuan besar itu”. Dibagian lain Hidding pernah menerangkan “bahwa mengerti pertama – tama berarti dapat menunjukkan tempat dalam keseluruhan yang ditempati oleh sesuatu dan hubungan bagia ini dengan lain – lain bagian. Semua mempunyai tempat dan tidak ada sesuatu yang berdiri sendiri”. Nampaknya pandangan ekologik yang bersifat holistik. Dalam teori kebatinan Jawa, segala sesuatu yang ada dan hidup pada pokoknya satu dan tunggal. Manusia dipandang sebagai percikan Zat Illahi (hidup) yang meliputi segala sesuatu. Manusia, merupakan salah satu menifestasi imanensi Tuhan Yang Maha Esa.

Pandangan tersebut mengungkapkan manusia adalah bagian dunia besar. Manusia menganggap dirinya sebagai dunia kecil dan kosmos sebagai dunia besar. Kosmos menurut pengamatannya adalah teratur. Demikian pula ada keteraturan alamiah dalam lingkungan hidup tempat hidupnya. Karena keteraturan ini tidak disebabkan oleh kegiatan manusia dan ada diluar kekuatannya, manusia menganggap adanya kekuatan yang adialami yang mengatur kosmos dan lingkungan hidupnya. Sebagai bagian dari dunia besar manusia juga dibawah pengaruh dan harus tunduk pada kekuatan adialami itu. Salah satu praktek citra ini ialah sistem petungan, yaitu suatu perhitungan kompleks untuk memilih hari dan waktu yang baik untuk aktivitas tertentu.

Sebagai dunia besar manusia juga akan menderita manakala dunia besar itu mengalami kerusakan. Oleh karena itu usaha keras dilakukan untuk mendapat keseimbangan dan keserasian antara manusia dengan penciptanya dan antara manusia dengan lingkungan hidupnya, baik lingkungan hidup biofisik maupun sosial-budaya. Oleh karena itu, walaupun sistem biofisik adalah sumber daya bagi manusia, namun eksploitasi-Nya diatur dengan saksama didasarkan pada pengalaman empirik. Berburu, menangkap ikan, pertanian dan membuka hutan diatur dengan hukum sosial yang ketat. Pelanggaran terhadap hukum itu akan mendapat sangsi, baik dari masyarakat maupun dari Tuhan. Dengan pengaturan tersebut dapatlah dihindari terjadinya eksploitasi- lebih pada flora dan fauna. Pengaturan yang didasarkan pada pengalaman empirik itu menumbuhkan kearifan ekologi.

Salah satu contoh kearifan ekologi ialah pengolahan tanah pegunungan. kerusakan tersebut disebabkan oleh beberapa hal.

Pertama: antara citra lingkungan dengan keadaan lingkungan yang nyata selalu terdapat perbedaan. Perbedaan ini menyebabkan ketidaksempurnaan dalam pengelolaan lingkungan. Hal ini terutama terdapat hal terjadi perubahan lingkungan yang tidak terekam oleh masyarakat, sehingga citra lingkungan tetap tdiak berubah dalam kondisi lingkungan yang berubah. Pengelolaan lingkungan pun tidak berubah dan tidak sesuai dengan lingkungan yang telah berubah. Salah satu contoh ialah kenaikan jumlah penduduk pada peladang berpindah. Selama perladangan berpindah itu berjalan normal, yaitu daur perladangan cukup lama sehingga hutan dapat pulih sebelum ditebang lagi, sistem pertanian itu tidak merusak. Tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk yang sering di sertai pula dengan berkurangnya luas hutan yang tersedia untuk perladangan itu makin menjadi pendek. Akhirnya daur itu menjadi terlalu pendek untuk dapat pulihnya hutan sebelum hutan itu di tebang lagi. Terjadilah kerusakan lingkungan.

Kedua: sering tanda kerusakan lingkungan tidak terekam oleh masyarakat karena masyarakat menjadi terbiasa dan menyesuaikan diri dengan penurunan kualitas lingkungan yang terjadi secara bertahap dalam jangka waktu yang panjang. Kerusakan itu baru disadari setelah terlambat dan bersifat tidak terbalik kan lagi. Kesulitan ini banyak terjadi pada proses erosi tanah, pencemaran udara dan air, intrusi air laut dan keam kesan tanah.

Ketiga: manusia tidak selalu bertindak rasional sesuai dengan citra lingkungan yang mereka miliki, terutama jika manusia harus memenuhi kebutuhan jangka pendek sehari – hari, seperti pangan, rumput, untuk ternak dan kayu bakar. Keadaan ekstrem telah banyak terjadi di Amerika Serikat dan Afrika serta menimbulkan masalah yang disebut pengurungan. Di Indonesia pun tahap awal pengurungan mulai terlihat di banyak tempat. Di negara maju pun sikap irasional terjadi, misalnya: pencemaran udara yang berasal dari gas limbah mobil yang kini menjadi masalah besar di Eropa dan Amerika Serikat dengan terjadinya hujan asam.

Keempat: sementara faktor – faktor tersebut sebelumnya tidak disengaja karena tidak adanya kesadaran akan bahaya, kini terdapat pula kerusakan lingkungan karena ketamakan. Misalnya, orang tau bahwa membangun perumahan dan perhotelan di daerah yang sebenarnya berfungsi sebagai daerah resapan air adalah berbahaya. Tetapi karena ketidak pedulian dan karena tergiur oleh keuntungan yang besar orang toh membangunnya juga, kerusakan hutan juga banyak terjadi karena keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu yang sesingkat – singkatnya. Di Indonesia dengan sikap manusia terhadap lingkungan telah berubah. Arus informasi, energi dan materi dari sistem sosial ke sistem bidik telah merupakan sarana untuk mendapatkan mengeksploitasi sumberdaya biofisik sebesar – besarnya. Orang yang menjadi tidak peduli lagi terhadap kerusakan lingkungan. Apabila di dunia barat kerusakan lingkungan disebabkan teknologi eksploitasi yang mereka kembangkan sendiri, di kota banyak kerusakan ditimbulkan oleh teknologi yang kita impor. Yang harus disalahkan bukan teknologinya itu, melainkan sikap kita yang tak peduli terhadap kerusakan lingkungan. Kita menghadapi ironi bahwa sementara sikap ilmiah kita yang eksploitatif terhadap lingkungan telah melejit. Karena itu masalah besar yang kita hadapi ialah untuk dapat mengembangkan sikap dan kemampuan ilmiah serta teknologi, tanpa menggeser sikap yang ingin memelihara dan serasi dengan lingkungan menjadi sikap yang eksploitatif dan merusak lingkungan.

Ada Virus Covid “Varian Baru”, Apakah Vaksin Efektif?

Oleh : Wibisono

Pekan ini, kita dihebohkan berita adanya mutasi virus covid varian baru diInggris yang sudah menyebar ke negara Eropa termasuk ke AS dan Asia, Varian virus yang berkode B.1.1.7 diketahui lebih mudah menular dan menyebabkan viral load yang lebih besar.

Ada beberapa catatan sehubungan dengan mutasi virus varian baru ini, yaitu mutasi adalah hal biasa di alam ini, Mutasi adalah mekanisme mahluk hidup mempertahankan kelangsungan spesiesnya, Mutasi terjadi secara acak. Virus RNA sangat mudah bermutasi karena minimnya perangkat koreksi di dirinya. Hal ini mengkhawatirkan, namun menuntut pembuktian lebih jauh. Frase “transmissibility meningkat” sebenarnya juga belum punya bukti kuat.

Secara frase berdasarkan data epidemiologi dan angka viral load, memang varian ini mendominasi bagian tenggara negara Inggris saat ini, Untuk membuktikan lebih jauh, diperlukan model binatang dan beberapa langkah lain, semua ini sedang dilakukan riset serta pembuktian lebih lanjut.

Para ahli berpendapat larangan transportasi dari satu tempat ke tempat lain sama sekali bukan jawaban, terutama karena kemungkinan virus ini sudah lebih lama beredar dari yang diperkirakan semula. Semua upaya pencegahan utama seperti masker, jaga jarak, hindari kerumunan, dan cuci tangan akan sama efektifnya untuk varian baru ini, dan sangat memungkinkan pencegahan mutasi lebih jauh. Bagaimanapun, mutasi dimungkinkan bila virus menyebar dan bisa memperbanyak diri dalam waktu cepat.

Upaya menurunkan penyebaran adalah kunci utama, karena semua kandidat vaksin menggunakan protein spike sebagai dasar, varian baru ini menjadi peringatan.

Bagaimana dengan kondisi vaksin?

Pada saat ini kecil kemungkinan bisa mengubah kemampuan vaksin karena ada cukup banyak protein lain yang dimasukkan ke dalam vaksin yang akan membangkitkan kekebalan tubuh.

Sekalipun demikian, kita lihat secara seksama apa yang akan terjadi selanjutnya?, Pfizer langsung menguji varian baru ini dengan vaksin mereka dan akan memberi jawaban dalam dua minggu kedepan, Jika memang terjadi efek signifikan, vaksin mRNA dapat langsung dimodifikasi dengan cepat, berbeda dengan vaksin generasi lama, vaksin yang melakukan uji klinis di awal bulan Maret – Juli tidak akan efektif untuk bisa membunuh virus varian baru ini.

Varian baru ini mengingatkan kita pada saat ini bahwa diperlukan vaksin dengan antigen utama yang berbeda dengan protein spike.

Mutasi ini mempunyai efek pada prosedur diagnostik. Potongan gen yang bisa dideteksi dengan PCR bisa meleset, dan karena itu membuat produsen kit tes PCR harus menyempurnakan produknya.

Beberapa solusi yang diambil di seluruh dunia juga bukan hal yang tepat di mata para ahli virus. Sayangnya, ahli virus tersebut bukanlah pengambil keputusan politik. Diperlukan banyak data baru yang secara terus menerus dikumpulkan dalam berbagai segi untuk melengkapi temuan mereka.

Virus Covid Varian baru ini tidak lagi menyerang saluran pernafasan, atau penderita paru saja, sekarang menyerang organ lambung. Model gejala awal virus sekarang berubah, tidak lagi batuk batuk, tapi serang lambung, dengan keluhan nyeri dan mual.

Bagi yang punya penyakit lambung sebaiknya jangan biarkan perut kosong, terus mengunyah makanan seperti biskuit, roti non gluten, pisang, alpukat,ubi rebus, atau makanan yang mempunyai kadar amylum, serta minum probiotik.

Hidup sehat dan tanpa stres, terapkan protokol kesehatan yang ketat, lebih aman tinggal dirumah, apabila tidak ada keperluan yang sangat mendesak. Semoga kita semua terhindar dari wabah virus ini, dan bisa melalui wabah ini dengan selamat,…. Aamiin.

(Penulis : Pengamat Kebijakan Publik, aktivis sosial, Pendiri Yayasan Biotech Methodologi Tubuh)

Calon Bupati-Wakil Bupati Halmahera Selatan Tahun 2020 Kurang Perduli Terhadap Lingkungan

Oleh: Andreansyah Al Gandori
(Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia & Pegiat Lingkungan)

Dua kali telah dilaksanakan debat kandidat, namun dalam pemaparan visi dan misi kedua pasang calon dan wakil calon bupati Halmahera Selatan tahun 2020 tidak ada satupun yang menyinggung terkait lingkungan, terutama perihal sampah yang setiap hari mengotori daratan, pantai, dan laut Halmahera Selatan.

Bila melihat potensi alam Halmahera Selatan, sangat memungkinkan untuk menjadi destinasi wisata dunia setelah Bali dan Lombok yang bisa meningkatkan pendapatan daerah. Mengingat sektor pariwisata adalah penyumbang devisa terbesar negara setelah migas.

Tapi sangat disayangkan melihat kurang pedulinya pemerintah dan dinas terkait untuk membuat gerakan masyarakat sadar bahaya sampah. Dan kedua pasang calon bupati dan wakil bupati Halmahera Selatan tahun 2020 tidak ada yang sedikitpun menawarkan konsepsi bagaimana mengelola sampah di Halmahera Selatan.

Sampah merupakan hal yang sangat urgent, dan butuh peran stakeholder serta masyarakat untuk menanganinya. Halmahera Selatan sebagai kabupaten yang terdiri dari beberapa pulau, sampah laut menjadi salah satu bahaya terbesar yang bisa merusak ekosistem laut. Setiap hari masih bisa di temukan masyarakat yang membuang sampah sembarangan ke pantai maupun laut tanpa peduli dampak terhadap lingkungan. Salah satu contohnya di sekitar swering tidak tersedianya tempat sampah, sehingga masyarakat membuang sampah sesuka hati ke laut.

Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Sumber yang sama menyebutkan, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik.

Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) M Reza Cordova juga membeberkan fakta tentang sampah plastik, khususnya mikroplastik. Menurut dia, mikroplastik memang sudah mengancam kerusakan ekosistem laut di Indonesia dan itu terus berlangsung sepanjang tahun tanpa henti.

Disinilah sebenarnya peran pemerintah untuk bisa mengedukasi masyarakat dengan sebuah konsepsi dan gerakan masyarakat sadar bahaya sampah. Oleh karena itu visi dan misi kedua pasang calon dan wakil calon bupati Halmahera Selatan perlu dipertanyakan kembali dalam hal penanganan sampah.

Bila pemerintah daerah bisa mengatasi masalah sampah, maka dipastikan beberapa tahun kedepan Halmahera Selatan akan menjadi “World Tourist Deatination” yang tiada duanya dibandingkan Bali dan Lombok.

Rekonsiliasi Gerakan Perempuan Pasca Reformasi

Oleh : Marisa Limun ~ PPNPN Kemnaker RI

Runtuhnya Orde Baru yang telah menyuburkan korupsi, kolusi dan nepotisme yang bertahan selama 32 tahun telah membawa implikasi dan krisis yang bersifat multidimensi. Berbagai belenggu yang menyangkut kebebasan berorganisasi, berpendapat dalam setiap aspek kelembagaan baik formal maupun non formal telah membuka pintu derasnya arus demokrasi dalam kehidupan bangsa Indonesia. Demokrasi yang datang ditengah hiruk pikuknya globalisasi telah memunculkan berbagai problematika yang kompleks. Problematika yang mendasar dan paling dirasakan masyarakat banyak adalah keterpurukan ekonomi yang menciptakan beban berat yang membawa implikasi antara lain adalah tingginya angka pengangguran (36 juta jiwa) yang mengakibatkan munculnya anak jalanan/vandalisme dan kriminalitas, peningkatan biaya hidup, kecemburuan ekonomi yang mengakibatkan isu sara yang mengancurkan tatanan fisik dan moral masyarakat, krisis kepercayaan terhadap penguasa, dsb.

Dalam Era Reformasi, munculnya berbagai organisasi wanita yang membangkitkan kembali para reformis wanita seperti tahun 1930-an yang tidak saja membela kaumnya sendiri, melainkan juga membela dan memikirkan nasib masyarakat marjinal, berbagai organisasi LSM yang membela rakyat kecil antara lain Wardah Hafiz, kelompok perempuan yang menamakan Suara Ibu Peduli yang membela hak anak, Ratna Sarumpaet yang memperjuangkan demokrasi dan hak buruh perempuan lewat organisasi Teaternya, Nursyahbani Kacasungkana yang membela wanita dari obyek kekerasan dan kejahatan melalui supremasi hukum, tidak ketinggalan Ibu Aisyah Amini yang telah berkiprah dalam dunia politik sejak lama, serta masih banyak lagi tokoh wanita Islam lainnya yang berkiprah dalam organisasi wanita.

Kesadaran perempuan yang lebih maju mulai muncul ketika Kartini mempertanyakan hak-hak kaum perempuan atas pendidikan dan kesejatheraan. Apa yang dilakukan oleh kartini itulah yang hingga kini menjadi spirit penting bagi gerakan kaum perempuan Indonesia kontenporer. Dengan latar belakang, motivasi dan ideology yang beragam, gerakan perempuan dalam kancah kebangsaan kita terus mengalami politik dan perubahan social yang terus terjadi. Pada masa Orde Baru, gerakan gerakan perempuan mengalami kemandegan seiring dengan pembugkaman yang dilakukan oleh penguasa rezim terhadap gerakan masyarakat sipil. 

Pada masa reformasi, ketika kran demokrasi dibuka lebar, maka gerakan civil society juga menemukan momentumnya. Situasi dan momentum tersebut juga telah turut mendinamisir gerakan perempuan. Setidaknya ada dua hal yang terjadi dalam konstalasi politik pasca-reformasi tersebut kaitannya dengan perempuan. Pertama, terjadinya gerakan konsolidasi gerakan perempuan, baik di lingkungan organisasi maupun organisasi-organisasi politik bahkan lintas “Idelogi”. Kedua, perubahan politk juga telah memberikan ruang yang luas bagi perempuan untuk memasuki seluruh sector public, termasuk kanca politik.  (Caswijoyo Rusy’die Cw). 

Era reformasi telah menimbulkan krisis yang bersifat multidimensi. Krisis berawal dari krisis kepercayaan terhadap pemerintah yang dalam pelaksanaan pembangunan oleh ORBA yang berkuasa selama 32 tahun telah mengakibatkan terpuruknya kondisi ekonomi nasional yang hingga kini belum pulih. Buruknya kondisi tersebut ditambah pula dengan berjalannya era industrialisasi yang merambah kota maupun desa, serta efek globaliasasi yang kesemuanya telah menimbulkan kompetisi dalam berbagai aspek kehidupan, secara khusus telah memberikan dampak pada kehidupan perempuan Indonesia yang dapat dinilai sebagai suatu hambatan maupun sebagai suatu peluang. 

Adanya penurunan kesejahteraan secara nasional, telah mendorong wanita untuk berperan serta dalam membantu kesejahteraan keluarga perlu mendapat perhatian dan dukungan yang positif. Peran kaum perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja di Indonesia sebagai negara yang mayoritas beragama Islam di saat kini janganlah dinilai semata-mata sebagai sebuah alasan untuk mencari kebebasan, tapi nilailah sebagai suatu usaha mulia seorang hamba Allah yang dapat mengangkat harkat dirinya dan keluarganya atau dengan kata lain sebagai suatu usaha untuk merevitalisasi seluruh aspek kehidupannya yang tetap berada dalam rentang.  

Hal lain yang menguatkan argumentasi terhadap respon kaum perempuan pada kondisi kebangsaan sangat terlihat jelas ketika tumbangnya rezim Orde Baru . Dalam buku “Geliat Perempuan Pasca Reformasi” yang di tuliskan oleh Mantan Ketua Fatayat NU ( 2010-2015 ) Ibu Idah Fauziyah. Beliau menuliskan bagian penting dari awal mulanya gerakan perempuan membangun kekuatan atau boleh di bilang Rekonsoliasi dengan tujuan membangun semangat nasionalisme. Hal ini dimulai ketika tumbangnya rezim otoriter Orde Baru itu seakan menjadi awal dari momentum kebangkitan people power, yang menyemangati rakyat untuk mulai berani meneriakkan aneka macam aspirasi mereka dengan lantang tanpa dihantui rasa khawatir terhadap ancaman negara. Tentu saja kaum perempuan juga menjadi bagian dari kelompok masyarakat yang turut aktif bergerak meramaikan ruang public. Selain terlibat dalam kerja-kerja demokratisasi sebagai agenda besar bersama, para aktivis perempuan tak ketinggalan mengangkat pula wacana yang lebih spesifik menyangkut keadilan gender. 

Dengan demikian, tentu sejarah Indonesia mencatat, kaum perempuan telah memainkan peran yang sangat besar dalam perjalanan bangsa ini. Kontribusi mereka setidaknya dapat di lacak sejak masa perjuangan melawan kolonialisme. Pada masa itu, seiring dengan maraknya gerakan nasional, gerakan perempuan menjadi salah satu penyokong yang sangat penting. Memang dalam banyak hal, sejarah gerakan kaum perempuan Indonesia tidak terlepas dari gerakan nasional. Kesadaran  perempuan yang lebih maju mulai muncul ketika Kartini mempertanyakan hak-hak kaum perempuan atas pendidikan dan kesejatheraan. Apa yang dilakukan oleh Kartini itulah yang hingga kini menjadi spirit penting bagi gerakan kaum perempuan Indonesia kontenporer. Bahkan, realitas gerakan perempuan hari ini juga sudah sangat flacksible banyak dari mereka yang konsen pada komuitas-komunitas penggerak social, pegawai pemerintahan, bahkan Politik juga tak kalah penting. Tentu, gerakan rekonsiliasi Perempuan Pasca-Reformasi harus terus di pupuk dan di kutakan, sehingga tidak ada diskriminasi pembedaan porsi (Lak-laki dan perempuan) baik diruang public maupun domestik.