GUNUNGSITOLI, SUMUT, CN – Partai PDI Perjuangan dikenal sebagai salah satu Partai dengan sistem kaderisasi yang baik. Setiap kader trennya disebut banteng, ditempa berjenjang dan serius. Sehingga para banteng ini sangat siap apabila diperhadapkan dengan pertarungan-pertarungan politik, baik di level legislatif maupun di level eksekutif.
Dikutip dari media daring era Indonesia, Djarot Saiful Hidayat yang diwawancarai awak media pada pelaksanaan sekolah Politik PDIP di wisma Kinasih pada tahun 2017 menjelaskan tentang jenjang kaderisasi yang diberlakukan bagi seluruh anggota partai PDI Perjuangan. Djarot bahkan menyebut ada 3 tahapan yang dilalui di level kader.
“Karena di kami, anggota PDIP ada beberapa lapis, ada anggota simpatisan, ada anggota biasa dan ada kader. Untuk kader harus melalui tiga tahapan sekolah partai, ada kader pratama, madya dan utama,” tutur Djarot kepada era Indonesia.
Naasnya, sebahagian besar banteng-banteng ini tidak bernasib baik. Diantaranya tergilas oleh salah satu faksi yang sedang naik daun di internal partai. Banteng-banteng ini kemudian sangat liar dan berbahaya. Persis seperti prajurit yang keluar dari kesatuan.
Pada tanggal 19 Februari 2020, PDI Perjuangan menerbitkan rekomendasi buat pasangan Ir. Lakhomizaro Zebua – Sowa’a Laoli untuk diusung kembali pada Pilkada Gunungsitoli. Dimana Pilkada serentak dijadwalkan pada tanggal 9 Desember 2020.
Semula pasangan petahana ini melenggang dengan euforia karena mereka percaya, bakal mengantongi rekomendasi dari seluruh partai yang ada.
Sialnya, pada Jum’at (12/6/2020) Ratusan spanduk propaganda bertebaran di wilayah Gunungsitoli. Tampil mantan walikota Gunungsitoli Martinus Lase berpasangan dengan Mantan Wakil Ketua DPRD asal Partai PDI Perjuangan Hadirat ST. Gea dengan sokongan 3 partai politik yakni, Partai Demokrat, Nasdem dan PAN.
Petahana beserta kroni-kroninya terbelalak. Perang urat saraf di medsos pun tak dapat dihindari. Pro dan kontra turut meramaikan debat di berbagai lini sosial media.
Tampilnya kader PDI Perjuangan Hadirat ST. Gea mendampingi Martinus Lase, sesuatu yang tidak pernah terbesit dalam pikiran petahana. Mereka mengira, gugurnya Hadirat dalam pemilu tahun lalu akan mengakhiri kariernya di dunia politik.
Petahana melupakan track record Hadirat Gea yang telah melalang buana diberbagai event politik. Bagaimana peran Hadirat bersama TIM menyusun strategi pemenangan Madani Jilid I pada Pilkada 2011. Bagaimana Hadirat dan kawan-kawannya berhasil mengantar Lakhomizaro Zebua – Sowa’a Laoli (LASO) jilid I di tapuk kekuasaan pada periode berikutnya.
Mereka melupakan itu! Justru ia dicoba dilucuti. Selain dikondisikan pada pileg 2019 oleh kroni-kroni wakil walikota di wilayah Dapil II Gunungsitoli, ia bahkan tak dapat porsi dalam komposisi kepengurusan DPC PDI Perjuangan Kota Gunungsitoli. Hanya karena ia tidak disukai oleh faksi yang sedang naik daun di DPP PDI Perjuangan saat ini.
Di dunia politik hal-hal semacam ini lumrah. Namun PDI Perjuangan harus siap, ketika salah satu dari kader yang ia besarkan berbalik arah menyerangnya. Ibarat banteng yang keluar kandang, kemudian mengancam keberadaan kawanannya. Dia jelas-jelas adalah ancaman serius. Sebab ia tahu gudang logistik, gudang senjata hingga strategi yang dipakai PDI Perjuangan dalam memenangkan setiap pertarungan politik. Ketakutan kubu petahana terhadap sosok Hadirat, terlihat di setiap komentar pendukung petahana diberbagai lini media sosial beberapa hari terakhir. Terkesan phobia dan alergi.
Kepiawaian politik Hadirat ST. Gea tidak bisa diukur hanya dari hasil pemilu tahun lalu. Sebelum ia masuk dunia politik, Hadirat aktif di parlemen jalanan. Bahkan organ besutanya bersama aktifis lainnya, yakni Agrenis pernah berjaya di zamannya. Karier politiknya sebagai wakil ketua DPRD Kota Gunungsitoli 2 periode, juga patut diperhitungkan. Lebih dari itu, Hadirat tentu saja tidak sendirian. Ia pasti membawa keluar sekawanan banteng yang loyal dengannya. Dan bersiap-siap merongrong kandang banteng.
Sebagai politisi yang lahir dari rahim PDI Perjuangan. Ia sangat memahami konsep apa yang hendak ditawarkan kepada masyarakat kota Gunungsitoli dalam menghadapi Pilkada mendatang. Soal- soal ekonomi dan peningkatan sumberdaya manusia, sepertinya bakal menjadi consern pasangan ini. Karena merupakan kelemahan pasangan LASO selama ini. Maka sekali lagi! Ini berbahaya buat PDI Perjuangan.
Perubahan atmosfir perpolitikan di kota Gunungsitoli yang sebelumnya terkesan adem, harus menjadi atensi petahana untuk mempertahankan kekuasaannya. Pertanyaannya, mampukah kandang banteng bertahan dari rongrongan para banteng diluar kandang? Allahu alam! Pilkada serentak 9 Desember akan menjawabnya. (APL CN)