HALSEL, CN – Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Halmahera Selatan (Halsel) Muhlis Usman, mengingatkan agar masyarakat Indonesia khususnya Maluku Utara (Malut) di Kabupaten Halsel, agar memilih pemimpin bukan karena etnis atau agamanya. Namun, Muhlis mengimbau agar memilih pemimpin yang disukai dan mendapat simpati rakyat, bukan antipati dari rakyat.
“Jadi, kalau ada yang terpilih, bukan karena etnis, bukan karena agama, tapi karena orang menyukainya. Maka jadilah pemimpin yang tidak menimbulkan antipati dari rakyatnya, jadilah pemimpin untuk semua golongan, tidak bisa hanya jadi pemimpin untuk diri sendiri,” Ujar Muhlis saat di konfirmasi cerminnusantara.co.id di Sekretariat Pengurus Cabang, di pasar baru Labuha belakang Bank BNI. Pada Kamis, (02/01/2019).
Muhlis mengakui bahwa isu tentang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) memang kadang dimanfaatkan oleh beberapa pihak menjelang Pilkada demi kepentingannya. Padahal, kata dia, masyarakat Indonesia terkhusus Masyarakat Halsel sudah terbukti sangat toleran dan tidak mempermasalahkan SARA dalam suksesi kepemimpinan.
Karena itu, Muhlis menganjurkan agar masyarakat Halsel tidak berpikir pendek dalam memilih pemimpin, khususnya melalui kontestasi pemilu atau Pilkada. Jangan sampai hanya karena Pilkada, toleransi dan kebinekaan dipertaruhkan.
“Kami mengimbau kepada seluruh warga Indonesia khususnya Kabupaten Halmahera Selatan untuk menjaga persatuan dan persaudaraan serta memilih pemimpin yang amanah, beriman, dan bertakwa,” Harap Muhlis.
Lebih lanjut, Muhlis mengatakan bahwa para cendekiawan harus mampu membimbing rakyat dengan intelektualitas agar bisa memilih pemimpin yang benar-benar mendapat simpati rakyat. Selain itu, kata dia, cendekiawan harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa.
“Cendekiawan harus membimbing bangsa kita dengan intelektualitas, bukan hanya membimbing sebatas pilkada. Pilkada itu urusan sepele saja, jadi ihat saja nanti. Yang disukai oleh rakyat, itulah yang akan menang,” Tutup Muhlis (Red)