Oleh: Sabri Habib
Alumni Universitas Alkahairaat Palu
Fenomena politik menjelang PILKADA serentak Tahun 2020 mulai muncul dipermukaan, calon kandidat dan calon tim pemenang kandidat mulai unjuk kebolehannya dalam mempublikasikan program maupun strategi kemenangan.
Umpan rangsangan para calon tim kandidat untuk memikat hati calon kandidat kian ramai diakun-akun Facebook. Begitu juga dengan para calon kandidat yang menggunakan akun Facebook, selogan dan statemen yang mencerminkan kepribadian dan pro rakyat jadi sarapan status Facebook setiap hari.
Semoga fenomena ini adalah murni gerakan hati, bukan murni gerakan mengutamakan kepentingan pribadi.
Pemilihan Kepala Daerah serentak tahun 2020 sebanyak 270 daerah, 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. 7 diantaranya merupakan Daerah di Provinsi Maluku Utara, yaitu Kota Ternate, Kota Tidore, Kabupaten Sula, Kabupaten Taliabu, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Pulaun Morotai.
Sebagian besar di beberapa daerah Maluku Utara Petahana dipastikan maju bertarung, kemudian tokoh-tokoh di daerah masing-masing tersebut belakangan ini suda menyatakan kesiapan diri maju bertarung dalam Pemilihan Kepalah Daerah.
Sejumlah partai politik juga siap berkoalisi untuk memenangkan calon kandidat bupati dan wakil bupati yang akan digelar pada tahun 2020 nanti. Begitu juga dengan para calon tim kandidat, media Facebook dan Whatssap menjadi bahan mengeksplorasikan strategi kemenangan dengan narasi-narasi dan diksi politis untuk memikat hati para calon kandidat.
Beda Pilihan Pemilihan Kepala Daerah adalah proses demokrasi memilih bupati dan wakil bupati yang nantinya akan menjalankan amanat rakyat selama lima tahun dalam satu periode. Yang menjadi harapan besar seluruh rakyat Indonesia khususnya masyarakat Halmahera Selatan adalah pihak penyelenggara pemilu mampu menjalankan asas jujur dan adil (jurdil) dalam sepanjang tahapan Pemilu 2020 yang akan diselenggarakan. Karena itu, dalam tahapan proses pilkada harusnya dengan kompetisi yang sehat dan harus dijadikan ajang pertarungan politik yang bijaksana.
Kalaupun ada perbedaan pilihan, itulah yang menunjukkan wujud kedewasaan dan kematangan kita dalam memaknai arti sebuah demokrasi.
Menjelang tahun politik saat ini, cacian, makian, fitnah yang sering dikenal dengan black campaign maupun berita hoax melalui akun palsu Facebook, adalah budaya politik yang tidak mendidik. Sebagaimana yang kita alami dalam pilpres, pilbup dan pillgub sebelum-sebelumnya, cacian, makian, bahkan fitnah yang berujung kekerasan. Kini, sudah seyogyanya pengalaman pilbup dan pilgub Maluku Utara sebelumnya kita jadikan sebagai spektrum politik demi kemajuan daerah dan kemajuan politik kita yang riil.
Pembuat dan Penyebar Berita Hoax
Maraknya penyebaran berita bohong saat ini, tidak terlepas dari perilaku kehidupan kita sehari-hari yang mudah dimanfaatkan oleh perkataan dari para pembuat dan penyebar berita bohong melalui Akun Palsu Facebook dan media-media lain tanpa sumber yang jelas.
Pengaruhnya berita bohong yang lebih dikenal dengan istilah Hoax ditahun-tahun politik saat ini, telah banyak digunakan untuk kepentingan politik dari pihak yang mengedepankan syahwat rakus kekuasaan ketimbang mewujudkan persatuan dan kesataun bangsa. Ironisnya lagi, melalu akun palsu Facebook dan media tanpa sumber yang jelas para penyebar dan pembuat berita bohong sangat lihai dan cerdik jadikan hoax sebagai acuan untuk meraih kemenangan dalam pertarungan politik sehingga rakyat kesulitan dalam membedakan mana berita benar dan mana berita bohong yang pada dasarnya bertentangan dengan kehidupan rakyat.
Ditahun tahun politik saat ini, kabar atau berita hoax sangat berbahaya dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Apa lagi berita yang mengandung ujaran kebencian atau berbaur provokasi yang mengundang emosi pihak rival pokitik. Tanpa mencari tahu sumber berita dan keben rannya, tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan konflik antar Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA).
Maraknya akun palsu Facebook mengunggah berbagai macam topik bermuatan politik yang tidak mendidik sangat meresahkan masyarakat. Sebagai salah satu negara pengguna Facebook paling banyak, mestinya usaha pemerintah maupun pihak-pihak terkait dalam mengindentifikasi akun-akun palsu serta sumber-sumber berita dari media-media lain yang tidak jelas itu lebih diperketat lagi.
Politik Santun
Minimnya jiwa kepemimpinan yang bisa dijadikan tuntunan politik saat ini akibat tokoh yang ditokohkan mencontohkan tindakan politik yang tidak lagi relevan, Untuk itu politik yang santun harus dikedepankan dalam etika berpolitik. Dan sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila, politik santun dalam berpolitik menjadi suatu keharusan.
Beberapa momentum pesta demokrasi yang kita lewati. Banyak fakta yang kita saksikan bahwa dengan segala macam cara yang dipraktekkan untuk merebut kekuasaan, para pemangku kepentingan politik membangun lobi-lobi politik yang berujung pada diskriminasi jika ada kelalaian dalam kesepakatan politik.
Dari sini jelaslah, paradigma politik yang hanya mengedepankan syawat rakus kekuasaan hanya akan membutakan mata hati yang berujung pada kehancuran daerah. Untuk membangun nuansa kehidupan politik yang santun, mari kita simak baik-baik kata bijak dari Pramoedya Ananta Toer sekaligus penutup dari tulisan ini.
“Sia-sia sekali hidup ini jika untuk meningkatkan satu orang saja harus menginjak orang lain”