Pasangan HAS Potensi Pemenang di Sula dan Halsel pada Pilgub Malut 2024

HALSEL, CN – Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur, Provinsi Maluku Utara (Malut), Nomor Urut 1 Husain Alting Sjah dan Asrul Rasyid Ichsan (HAS) berpotensi keluar sebagai pemenang di Kepulauan Sula dan Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.

Pasangan HAS menjadi faktor utama keberhasilan di pesta demokrasi 2024 di Kepulauan Sula nantinya. Ini berdasarkan dukungan penuh dari Ahmad Hidayat Mus (AHM).

Sebab, AHM merupakan salah satu tokoh politik di Malut asal Kepulauan Sula. AHM adalah mantan Bupati Sula 2 periode yakni periode 2005-2010 dan 2010-2015 dan juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Sula antara 2004 dan 2005.

Selain itu juga, AHM sebagai mantan Calon Gubernur (Cagub) Malut Tahun 2018. Bahkan AHM adalah pelaku pemekaran Kabupaten Taliabu.

Dukungan AHM terhadap Paslon HAS, ini dibuktikan dengan mengajak seluruh masyarakat Obi khususnya Suku Buton di Halsel, untuk memenangkan Paslon HAS pada 27 November mendatang.

“Salam hormat dari bapak Hi. Ahmad Hidayat Mus kepada semua pendukung dan simpatisan yang ada di Obi, dan basudara orang Buton, agar dapat memilih Sultan Tidore nomor urut 1 pada Pilkada Malut 2024,” ujar Tokoh masyarakat Suku Buton, Laodi, pada saat kampanye HAS di Desa Kampung Buton, Kecamatan Obi pada Selasa (22/10).

Laodi mengaku, dukungan ke Sultan Tidore Husain Alting Sjah dan Asrul Rasyid Ichsan adalah arahan langsung dari Tokoh Pemekaran Kepulauan Taliabu yaitu mantan Bupati Kepulauan Sula yakni AHM.

“Semoga pasangan HAS terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Malut. Harapan kami, hanya ingin melihat dan memperjuangkan kepentingan masyarakat Obi,” tutup.

Sekedar diketahui, Cagub Malut, Husain Alting Sjah adalah Sultan Tidore Kepulauan dan Cawagub Malut, Asrul Rasyid Ichsan adalah Sekertaris Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Malut asal Pulau Makian Tahane Halsel. (Hardin CN)

Survei Pilgub Malut di Kota Ternate: Husain-Asrul Ungguli 3 Paslon, MK-BISA Hanya 5,3%

TERNATE, CN – Litbang Halmahera Post merilis hasil survei elektabilitas Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) di Kota Ternate yang berlaga di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi Maluku Utara (Malut) 2024.

Survei tersebut dilaksanakan pada 4 hingga 11 Oktober 2024, yang dilaksanakan sebelum kejadian naas yang menimpah Cagub nomor urut 4, Benny Laos di Kabupaten Pulau Taliabu pada Sabtu (12/10) lalu.

Survei Pemilihan Gubernur (Pilgub) Malut ini, menunjukkan Pasangan Calon (Paslon), Sultan Husain Alting Sjah dan Asrul Rasyid Ichsan unggul dengan elektabilitas sebesar 57,6%, disusul Benny Laos dan Sarbin Sehe dengan 27,6%. Di posisi ketiga, Aliong Mus dan Sahril Thahir meraih 9,1% dan Muhammad Kasuba dan Basri Salama hanya mendapatkan 5,3%. Sementara itu, sebanyak 0,4% pemilih masih belum menentukan pilihannya (undecided voters).

Hasil survei ini menunjukkan adanya pergeseran signifikan dibandingkan dengan survei sebelumnya yang dilakukan pada 31 Agustus hingga 7 September 2024. Saat itu, Paslon Sultan-Asrul yang diusung PDIP, Partai Buruh dan Partai Ummat, hanya unggul tipis dengan 42,7%, terpaut 3,2% dari Benny Laos-Sarbin, yang didukung koalisi besar Nasdem, PKB, Demokrat, PAN, PPP, Gelora, PSI dan Partai Buruh, dengan 39,5%.

Namun, dalam survei terbaru ini, Paslon Sultan-Asrul berhasil meningkatkan dukungannya hingga 57,6%. Sementara Benny-Sarbin justru mengalami penurunan elektabilitas hingga 27,6%.

Perbandingan hasil survei ini, menunjukkan adanya perubahan sikap pemilih di Kota Ternate dalam kurun waktu 1 bulan. Penurunan drastis pada elektabilitas Benny-Sarbin ini tidak lepas dari pengaruh pernyataan Sultan Ternate, Mudaffar Syah, yang menyatakan dukungan terbuka kepada Benny Laos, pada 23 September 2024, lalu mengunggahnya melalui akun instagramnya.

Pernyataan tersebut direspon oleh sebagian masyarakat, yang melihatnya sebagai bentuk intervensi politik dari pihak yang seharusnya netral. Hal ini menyebabkan berpindahnya dukungan ke Paslon Sultan-Asrul, yang dianggap lebih independen dalam kampanye mereka.

Direktur Litbang Halmahera Post, Jufri Abubakar, mengungkapkan bahwa pernyataan Sultan Ternate tersebut menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan elektabilitas Benny Laos.

“Dukungan Sultan Ternate terhadap Benny Laos seharusnya memperkuat posisinya, namun yang terjadi justru sebaliknya. Banyak pemilih suku Ternate yang menilai bahwa politik seharusnya dijalankan dengan kebebasan tanpa campur tangan pihak lain, sehingga mereka beralih mendukung Sultan-Asrul yang dipandang lebih merakyat,” jelas Jufri.

Namun, disisi lain, posisi AM-SAH dan MK-BISA relatif stagnan. Kelemahan utama AM-SAH di Ternate adalah karena mesin Partai pendukungnya tidak bergerak signifikan. Sehingga sulit untuk membangun basis dukungan yang lebih kuat.

Sedangkan MK-BISA, menghadapi tantangan yang berbeda yaitu sulit mendapatkan simpati dari banyak warga Ternate. Hal ini, disebabkan persepsi publik yang melekat pada MK sebagai saudara mantan Gubernur Malut, Abdul Gani Kasuba. Citra ini semakin sulit dilepaskan karena seluruh proses sidang korupsi Abdul Gani Kasuba berlangsung di Ternate, yang secara langsung mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap MK-BISA.

Jufri menambahkan, dinamika ini menunjukkan bahwa dalam politik elektoral, latar belakang pribadi dan keluarga bisa menjadi faktor krusial yang mempengaruhi persepsi pemilih.

“AM-SAH dan MK-BISA masih memiliki peluang, namun mereka perlu bekerja keras untuk mengubah persepsi publik dan menggerakkan mesin partai mereka jika ingin mengejar ketertinggalan dalam sisa waktu kampanye,” ujarnya.

Jufri bilang, kontestasi di Kota Ternate akan semakin menarik dalam 30 hari terakhir menjelang masa tenang pemilihan. Hal ini terutama disebabkan keputusan Sherly Tjoanda, yang kini didaulat menggantikan mendiang Benny Laos.

“Sherly menjadi satu-satunya kontestan perempuan pertama dalam sejarah Pilgub Maluku Utara. Dan tentunya ini akan membawa angin segar dalam dinamika pemilihan. Sherly bisa jadi Kuda Hitam atau Kuda Troya dalam politik elektoral Maluku Utara. Sebagai kuda hitam, dia berpotensi mengejutkan dengan dukungan yang tak terduga, sementara sebagai kuda Troya, dia bisa menarik simpati dari pemilih yang selama ini mungkin enggan berpartisipasi dalam politik, namun terpengaruh oleh kehadirannya. Situasi ini bisa memicu perubahan yang signifikan, terutama menjelang pemilihan,” tambah Jufri.

Dengan semakin dekatnya waktu pemilihan, dinamika ini menunjukkan bahwa elektabilitas Cagub Malut tidak hanya ditentukan visi dan misi, tetapi juga oleh persepsi publik terhadap interaksi politik yang terjadi di sekitar mereka.

“Para kandidat harus lebih peka terhadap perubahan sentimen pemilih yang dapat mempengaruhi hasil akhir pemilihan,” tutup Jufri. (Hardin CN)